MAKALAH HUBUNGAN ANTAR KETERAMPILAN BERBAHASA (MENYIMAK, BERBICARA, MEMBACA, DAN MENULIS)





Halaman Judul ...................................................................................................    i
Daftar Isi ............................................................................................................   ii
BAB I   Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah ...............................................................     1
B.     Rumusan Masalah ........................................................................     1
C.     Tujuan ...........................................................................................    2
BAB II  Pembahasan
A.    Pengertian Keterampilan Menyimak, Berbicara, Membaca dan Menulis
1.      Keterampilan Menyimak ........................................................     3
2.      Keterampilan Berbicara ..........................................................     3
3.      Keterampilan Membaca ..........................................................    4
4.      Keterampilan Menulis ............................................................     5
B.     Hubungan atau Keterkaitan antar Keterampilan Berbahasa
1.      Hubungan antara Keterampilan Menyimak dengan Berbicara    6
2.      Hubungan antara Keterampilan Menyimak dengan Membaca    7  
3.      Hubungan antara Keterampilan Menyimak dengan Menuli        8
4.      Hubungan antara Keterampilan Berbicara dengan Membaca      9
5.      Hubungan antara Keterampilan Berbicara dengan Menulis         10
6.      Hubungan antara Keterampilan Membaca dengan Menulis        11
BAB III                                    Kesimpulan ..........................................................................................         12
Daftar Pustaka ....................................................................................................   13












BAB I
PENDAHULUAN

a.      Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya orang lain. Dalam interaksi dengan manusia lain diperlukan bahasa. Untuk menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi maka manusia perlu memiliki keterampilan berbahasa. Tanpa keterampilan ini maka manusia tidak akan mampu untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya.
Dalam KBBI dijelaskan bahwa keterampilan bahasa adalah kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, atau berbicara. Keterampilan bahasa yang dibahas dalam makalah ini adalah keterampilan dalam bahasa Indonesia. Menurut Yeti Mulyati, dkk (2008: 2.20) terampil berbahasa Indonesia artinya terampil menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi baik secara lisan maupun  tertulis. Dilihat dari sifatnya, keterampilan menyimak dan membaca bersifat reseptif yaitu menerima atau memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara atau penulis, sedangkan berbicara dan menulis bersifat produktif, artinya menghasilkan pembicaraan atau tulisan.
Dalam kehidupan sehari-hari, empat keterampilan bahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis tidak dapat dipisah-pisahkan. Maka untuk mengetahui hubungan antar empat keterampilan berbahasa itu makalah ini berjudul “Hubungan antar Keterampilan Berbahasa (Menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis)”

b.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
1.    Apa yang dimaksud dengan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis?
2.    Apa hubungan/ keterkaitan antar keterampilan berbahasa tersebut? 
c.       Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:
1.      Mengetahui pengertian dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
2.      Mengetahui hubungan antar keterampilan berbahasa yang satu dengan yang lainnya.



  
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Keterampilan Menyimak, Berbicara, Membaca dan Menulis
1.  Keterampilan Menyimak
Bayi ternyata mengembangkan kemampuan bahasa mereka sejak dalam kandungan. Penelitian menyebutkan, sejak dikandung, janin belajar mengingat kata yang biasa dibisikkan orang tua (www.suaramerdeka.com). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan bahasa pertama yang dimiliki manusia adalah keterampilan menyimak.
Dalam KBBI, menyimak diartikan sebagai mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Menurut Tarigan (dalam Yeti Mulyati, 2008: 3.4) menyimak memiliki arti suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Dari dua pendapat tersebut dapat diambil simpulan bahwa kegiatan menyimak tidak sama dengan kegiatan mendengar.
Kegiatan mendengar bisa jadi dilakukan tanpa sengaja, tanpa maksud atau tujuan tertentu. Akan tetapi kegiatan menyimak mempunyai tujuan untuk memahami apa yang didengar. Dalam kegiatan menyimak diperlukan konsentrasi dan kemampuan untuk menafsirkan pesan.

2.   Keterampilan Berbicara
Henry Guntur Tarigan (2008: 16) mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan menurut Suhendar (dalam Yeti Mulyati, 2008: 6.3) berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/ perasaan menjadi wujud ujaran. Secara umum dapat dikatakan bahwa berbicara adalah proses penuangan gagasan dalam bahasa lisan.
Students often think that the ability to speak a language is the product of language learning, but speaking is also a crucial part of the language learning process (http://www.nclrc.org/). Keterampilan berbicara bisa jadi merupakan produk dari pembelajaran bahasa, tetapi keterampilan ini juga sangat penting dalam proses mempelajari bahasa. Jadi anggapan banyak orang selama ini bahwa berbicara tidak perlu dipelajari karena sudah secara otomatis didapatkan melalui interaksi dengan orang lain kapan saja dan di mana saja tidaklah benar. Mungkin untuk sekedar berbicara tidaklah sulit. Tetapi untuk berbicara yang sistematis menggunakan bahasa Inodonesia yang tepat sesuai dengan situasi dan tujuan dari pembicaraan tentu tidaklah mudah. Perlu latihan yang terus menerus atau bahkan perlu pendidikan formal di bidang bahasa untuk menguasainya.

3.      Keterampilan Membaca
Menurut Solchan T. W., dkk (2007: 1.32) kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami dan menafsirkan pesan yang disampaikan secara tertulis oleh pihak lain. Anthony, Pearson, & Raphael (dalam Yeti Mulayti, 2008: 4.4) mendefinisikan membaca sebagai suatu proses rekonstruksi makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan siap membaca, informasi yang tersaji dalam bahasa tulis, dan konteks bacaan. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam membaca tidak hanya diperlukan kemampuan untuk mengubah lambang menjadi bunyi, tetapi perlu memahami makna yang tersaji di dalam teks.
Keterampilan membaca tentu saja sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, psikologis, dan bahan bacaan. Sebagai contoh, tingkatan membaca pada anak-anak tentunya akan berbeda dengan tingkatan membaca pada mahasiswa. Mahasiswa umumnya lebih matang baik dari segi fisik, intelektual, maupun psikologis. Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi keterampilan membaca. Anak yang berada dalam lingkungan keluarga yang gemar membaca dan memiliki beragam buku bacaan umumnya juga senang dan memiliki keterampilan membaca yang lebih baik. Bahan bacaan bervariasi bagi setiap orang tergantung dari topik dan keterbacaan. Topik yang menarik bagi seseorang akan membangkitkan minat membacanya. Bahan bacaan yang terlalu sulit atau terlalu mudah bagi seseorang akhirnya akan mematahkan selera orang tersebut untuk membacanya.

4.      Keterampilan Menulis
Saat ini keterampilan menulis menjadi salah satu keterampilan bahasa yang amat penting. Baik dalam dunia pendidikan, pekerjaan, maupun dalam kehidupan sehari-hari keterampilan menulis sangat diperlukan sabagai sarana komunikasi yang efektif. Solchan T. W., dkk (2007: 1.33) menyatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan menyampaikan pesan kepada pihak lain secara tertulis. Kemampuan ini tentu saja bukan hanya kemampuan untuk menyusun dan menuliskan simbol-simbol, tetapi juga mengungkapkan ide atau gagasan kepada pihak lain agar dapat dipahami seperti apa yang dimaksudkan penulis.
Nguyen Thanh Huy dalam Asian Journal Education Research (2015: 54) mengemukakan pembahasan tentang menulis:
Writing is a complex metacognitive activity that draws on an individual’s knowledge, basic skill, strategies, and ability to coordinate multiple processes. Graham (1997) identified the following four vital areas in the writing processL1) knowledge of writing and writing topics,(2) skill for producing and crafting text,(3) processes for energizing and motivating participants to write with enthusiasm, and (4) directing thought and actions through strategies to archive writing goals. (www.multidisciplinaryjournals)
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis merupakan sebuah keterampilan yang kompleks. Diperlukan berbagai kemampuan lain untuk mendukung keterampilan ini. Proses berpikir yang kreatif dan sistematis, serta kemampuan mengolah kata agar membentuk makna yang tepat sangat mendukung keterampilan ini.

B.   Hubungan atau Keterkaitan antar Keterampilan Berbahasa
       1.  Hubungan antara Keterampilan Berbicara dengan Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak merupakan dasar untuk belajar bahasa. Sedangkan keterampilan berbicara perlu menggunakan bahasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak pasti didapatkan terlebih dahulu daripada keterampilan berbicara. Bahkan sejak bayi di dalam kandungan sudah mampu untuk menyimak dan mengingat kata yang dibisikkan oleh orang tua.
Menyimak adalah suatu kegiatan yang disengaja untuk dapat memahami suatu informasi yang disampaikan oleh pembicara. Apabila si penyimak dapat memahami maksud si pembicara dengan baik maka penyimak tentunya dapat memberikan respon yang lebih tepat. Respon ini dapat berupa jawaban, pengungkapan ide atau gagasan, atau bisa juga berupa pertanyaan pada si pembicara.
Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan menyimak tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan berbicara. Tidak mungkin orang menyimak jika tidak ada orang yang berbicara. Begitu pula sebaliknya, tidak mungkin orang berbicara tanpa ada yang menyimak. Dua kegiatan ini saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab dan interviu.
Menurut Brooks (dalam Tarigan, 1990:4) berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face-to-face communication. Hal-hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dan menyimak adalah sebagai berikut: 
d.     Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi).
e.     Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang (stimuli) yang mereka temui dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka.
f.      Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan masyarakat tempatnya hidup.
g.     Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.
h.     Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
i.       Bunyi atau suara merupakan suatu faktor penting dalam meningkat­kan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu, sang anak akan tertolong kalau mereka menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru dan lingkungan sekitarnya.
j.      Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak.

k.      Hubungan antara Keterampilan Menyimak dengan Keterampilan Menulis
Pada tahun 1997 di Amerika Serikat dibentuk sebuah lembaga yang disebut the National Reading Panel (NRP). Tujuan dari NRP adalah untuk melaksanakan penilaian autentik tentang penelitian ilmiah dalam membaca dan implikasinya dalam pengajaran membaca. Salah satu hasil laporan NRP menyebutkan bahwa salah satu komponen dalam pengajaran membaca adalah fonem. Fonem dijelaskan sebagai hubungan antara suara dan simbol tertulis bahasa atau  korespondensi fonem-grafem. Pengajaran tentang pengetahuan fonemis dan fonem yang tidak tepat adalah alasan paling umum mengapa siswa mengalami kesulitan membaca.
Dari hasil laporan tersebut tampak bahwa pemahaman fonem erat kaitannya antara suara dan simbol tertulis. Siswa harus memiliki kemampuan menyimak yang baik agar dapat menuliskan simbolnya secara tepat. Dua keterampilan ini juga tidak dapat dipisahkan dengan keterampilan membaca.
Keterampilan menulis melibatkan kreativitas, cara berfikir yang sistematis, dan kemampuan menuangkan ide dan gagasan menggunakan kata yang tepat.  Keterampilan ini berkorelasi positif dengan pengetahuan awal penulis. Salah satu cara memperoleh pengetahuan adalah melalui kegiatan menyimak. Keterampilan menyimak yang baik tentunya dapat meningkatkan pengetahuan yang pada akhirnya dapat memperluas atau memperdalam materi tulisan.

3.    Hubungan antara Keterampilan Menyimak dengan Keterampilan Membaca
Ketika anak tumbuh, mereka mulai mempelajari keterampilan berbahasa. Dua keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif (menerima) adalah keterampilan menyimak dan keterampilan membaca. Keterampilan menyimak tentunya muncul lebih dahulu daripada keterampilan membaca. Anak mulai menyimak dan menirukan apa yang didengarnya. Sedangkan dalam kegiatan membaca mereka perlu untuk memahami kata-kata yang tertulis. Dari sini sepertinya keterampilan menyimak dan keterampilan membaca begitu jauh perbedaannya. Tetapi seiring dengan bertambahnya usia mereka, perbedaan ini akan mulai menghilang.
Ketika anak mulai bersekolah, perbedaan antara dua keterampilan ini mulai menghilang. Ini karena pemahaman dalam membaca meningkat dengan cepat. Siswa mulai mengembangkan morfologi, yang merupakan sistem untuk mengembangkan kata-kata menjadi bentuk komunikasi tertulis.
Penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan penting antara membaca dan menyimak, antara lain :
a.   Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh sang guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak untuk menyimak dengan pemahaman penting sekali.
b.  Menyimak merupakan cara atau metode utama bagi pelajaran lisan ( verbalized learning ) selama tahun-tahun permulaan di sekolah. Perlu dicatat misalnya bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah meneruskan pelajarannya di kelas yang lebih tinggi dengan lebih banyak melalui menyimak tinimbang membaca.
c.   Walaupun menyimak pemahaman (listening comprehension) lebih unggul daripada membaca pemahaman (reading comrehension), namun anak-anak sering gagal untuk memahaminya dan  tetap menyimpan atau memakai atau menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar.
d.  Oleh karena itu para pelajar membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih teratur lagi, agar hasil pengajaran itu baik.
e.   Kosa kata atau perbendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.
f.   Bagi para pelajar yang lebih besar atau tinggi kelasnya. Korelasi antara kosa kata baca dan kosa kata simak (reading vocabulary dan listening vocabulary) sangat tinggi , mungkin 80% atau lebih.
g.   Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek sering kali dihubugkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam ketidakmampuan dalam membaca (poor reading)
h.  Menyimak turut membantu sang anak untuk menangkap ide utama yang disampaikan oleh pembicara; bagi pelajar yang lebih tinggi kelasnya, membaca lebih unggul dari pada menyimak sesuatu yang mendadak dan pemahaman informasi yang terperinci.

4.      Hubungan antara Keterampilan Berbicara dengan Keterampilan Membaca
Keterampilan berbicara memiliki kaitan yang sangat erat dengan keterampilan membaca. Semakin banyak orang membaca tentunya semakin banyak pengetahuan atau informasi yang diperolehnya. Pengetahuan ini mencakup kosakata yang luas dan beraneka ragam serta topik pembicaraan yang lebih kaya. Orang yang gemar membaca juga lebih tepat dalam berujar karena tau ejaan yang benar.
Membaca juga meningkatkan keterampilan berfikir logis, analitis, dan sistematis. Orang yang terbiasa membaca tentunya akan lebih tepat dan runtut dalam berbicara. Kalimat yang digunakan lebih terstruktur sehingga lebih mudah dipahami oleh pendengar.
Cagrı Tugrul Mart dalam Jurnalnya yang berjudul “Developing Speaking Skills through Reading” (International Journal of English Linguistik, 2012: 91) mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Communication without vocabulary will break down. One of the most useful ways to improve your communication skills is extensive reading. Extensive reading will help you to develop your ability to express ideas, whilst also enlarging the size of vocabulary. Vocabulary knowledge is one of the crucial factors that will influence fluency in speaking. Reading introduces learners to a wider body of language and contexts. Reading helps learners build up better grammar skills. As learners develop stronger reading skills, they develop more sophisticated speaking skills.

Dari pendapat di atas jelas sekali betapa eratnya hubungan antara keterampilan membaca dengan berbicara. Kegiatan membaca sangat penting untuk mengembangkan keterampilan berbicara.

5.    Hubungan antara Keterampilan Berbicara dengan Menulis
Anak-anak mulai belajar berbicara sebelum mereka bisa mulai menulis. Untuk bisa menulis mereka harus belajar menuangkan bahasa ke dalam simbol tertulis. Keterampilan menulis memerlukan latihan dan bimbingan. Secara alami, dalam periode tertentu anak-anak memiliki keterampilan berbicara yang lebih baik daripada keterampilan menulis. Tetapi pada usia yang lebih matang, jarak antara dua keterampilan ini semakin kecil. Pada orang dewasa bisa saja mereka mampu menulis dengan baik, tetapi dalam berbicara justru kurang terampil atau bisa juga terjadi sebaliknya.
Berbicara adalah bentuk komunikasi langsung, sedangkan menulis merupakan bentuk komunikasi tidak langsung. Berbicara bisa direncanakan dengan menuliskan apa yang akan disampaikan terlebih dahulu. Apabila berbicara dilaksanakan secara spontan, misalnya dalam percakapan sehari-hari, hanya ada sedikit waktu untuk memikirkan apa yang akan disampaikan. Sedangkan ketika menulis penulis bisa memilih kata-kata, urutan, dan materi terbaik untuk tulisannya. Namun, secara umum keduanya sama-sama merupakan keterampilan berbahasa produktif (menyampaikan informasi).

6.    Hubungan antara Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis
Tidak dapat dipungkiri hubungan antara keterampilan membaca dengan menulis sangat erat. Satu dari keterampilan ini dapat meningkatkan keterampilan lainnya dan begitu pula sebaliknya. Keduanya sama-sama merupakan keterampilan yang berhubungan dengan tulisan.
Penelitian membuktikan ketika anak-anak membaca secara ekstensif mereka menjadi penulis yang lebih baik. Membaca beragam jenis bacaan membantu anak-anak untuk memahami struktur dan bahasa dalam teks sehingga mereka dapat menerapkannya dalam tulisan mereka sendiri. Salah satu tujuan utama membaca adalah untuk belajar. Terutama ketika di sekolah, pengetahuan sebagian besar berasal dari apa yang dibaca siswa. Menulis adalah proses  untuk mencurahkan pengetahuan ke dalam teks sehingga siswa harus mempunyai pengetahuan atau informasi sebelum bisa menuliskannya. Dengan demikian membaca memegang peranan penting dalam keterampilan menulis.
Di sisi lain, menulis membantu anak untuk membangun keterampilan membaca mereka. Terutama bagi anak yang lebih muda yang harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan fonemis mereka. Pengetahuan tentang fonem akan berkembang ketika anak membaca dan menuliskan kata-kata baru. Untuk anak yang lebih tua, praktik dalam proses menulis teks mereka sendiri membantu mereka untuk menganalisa potongan-potongan dari apa yang mereka baca. Orang dewasa pun seringkali menulis apa yang mereka baca dengan bahasa sendiri agar lebih mudah untuk diingat atau dipahami.


BAB III
KESIMPULAN

Dalam berbahasa ada empat keterampilan utama, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada umumnya keempat keterampilan tersebut berkembang secara berurutan. Sejak dalam kandungan manusia sudah mampu untuk menyimak. Dari hasil simakan itu manusia menirukan dan pada akhirnya muncul keterampilan berbicara. Setelah itu manusia mulai mengenal simbol-simbol bahasa secara tertulis dan mempelajarinya. Untuk membaca dan menulis masih belum diketahui secara pasti mana yang berkembang lebih dahulu. Tetapi, anak yang belum mampu membaca pun bisa saja mencoret-coret kertas atau menulis walaupun mungkin belum bermakna.
Empat keterampilan berbahasa itu saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Dalam suatu aktivitas berbahasa bisa saja melibatkan beberapa keterampilan berbahasa. Peningkatan kemampuan pada satu jenis keterampilan akan mendukung keterampilan berbahasa lainnya. Dengan demikian apabila ingin memiliki keterampilan berbahasa yang baik maka tidak bisa mengabaikan salah satu dari empat keterampilan tersebut.











DAFTAR PUSTAKA

------------- Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Tersedia di: http://kbbi.web.id/ diakses tanggal 29 Maret 2016

Putri, Linda. “Bayi Belajar Menyimak Sejak Dikandung dalam Rahim. 29 Maret 2016.http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/sehat/2013/09/03/1007/Bayi-Belajar-Menyimak-Sejak-Dikandung-Dalam-Rahim

Solchan T. W., dkk. 2007. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Tarigan, Henry Guntur. 2013. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Thanh Huy, Nguyen . 2015. Problems  Affecting Learning Writing Skill Of Grade 11 at Thong Linh High Schooll diakses tanggal 30 Maret 2016. http://www.multidisciplinaryjournals.com/wp-content/uploads/2015/03/ PROBLEMS-AFFECTING-LEARNING-WRITING-SKILL-OF-GRADE-11.pdf

The Center fo Development and Learning. http://www.cdl.org/language/ diakses tanggal 31-03-2016

The National Capital Language Resource Center.Teaching Speaking Strategies for Developing Speaking Skills” diakses tanggal 29 Maret 2016. http://www.nclrc.org/ essentials/speaking/stratspeak.htm

Yeti Mulayati, dkk. 2008. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Evaluasi Tema 1 Kelas 6 SD

Contoh Analisis Jurnal Internasional Kepemimpinan

KISI-KISI, SOAL, DAN KUNCI JAWABAN PENILAIAN AKHIR TAHUN (PAT) KELAS 6 KURIKULUM 2013 MUPEL PPKn, IPS, DAN SBdP

RPP KTSP Kelas 5 SD Materi Laporan Pengamatan