MAKALAH HUBUNGAN ANTAR KETERAMPILAN BERBAHASA (MENYIMAK, BERBICARA, MEMBACA, DAN MENULIS)
Halaman Judul
................................................................................................... i
Daftar Isi
............................................................................................................ ii
BAB
I Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Masalah ............................................................... 1
B.
Rumusan Masalah
........................................................................ 1
C.
Tujuan
........................................................................................... 2
BAB
II Pembahasan
A.
Pengertian
Keterampilan Menyimak, Berbicara, Membaca dan Menulis
1.
Keterampilan
Menyimak ........................................................ 3
2.
Keterampilan
Berbicara .......................................................... 3
3.
Keterampilan
Membaca .......................................................... 4
4.
Keterampilan
Menulis ............................................................ 5
B.
Hubungan atau
Keterkaitan antar Keterampilan Berbahasa
1.
Hubungan antara
Keterampilan Menyimak dengan Berbicara 6
2.
Hubungan antara
Keterampilan Menyimak dengan Membaca 7
3.
Hubungan antara
Keterampilan Menyimak dengan Menuli 8
4.
Hubungan antara
Keterampilan Berbicara dengan Membaca 9
5.
Hubungan antara
Keterampilan Berbicara dengan Menulis 10
6.
Hubungan antara
Keterampilan Membaca dengan Menulis 11
BAB
III Kesimpulan
.......................................................................................... 12
Daftar
Pustaka .................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia tidak
dapat hidup sendiri tanpa adanya orang lain. Dalam interaksi dengan manusia
lain diperlukan bahasa. Untuk menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi maka
manusia perlu memiliki keterampilan berbahasa. Tanpa keterampilan ini maka
manusia tidak akan mampu untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya.
Dalam KBBI dijelaskan bahwa keterampilan bahasa adalah
kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, atau
berbicara. Keterampilan bahasa yang dibahas dalam makalah ini adalah
keterampilan dalam bahasa Indonesia. Menurut Yeti Mulyati, dkk (2008: 2.20)
terampil berbahasa Indonesia artinya terampil menggunakan bahasa Indonesia
dalam komunikasi baik secara lisan maupun
tertulis. Dilihat dari sifatnya, keterampilan menyimak dan membaca
bersifat reseptif yaitu menerima atau memahami pesan yang disampaikan oleh
pembicara atau penulis, sedangkan berbicara dan menulis bersifat produktif,
artinya menghasilkan pembicaraan atau tulisan.
Dalam kehidupan sehari-hari, empat keterampilan bahasa,
yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis tidak dapat dipisah-pisahkan.
Maka untuk mengetahui hubungan antar empat keterampilan berbahasa itu makalah
ini berjudul “Hubungan antar Keterampilan Berbahasa (Menyimak, Berbicara,
Membaca, dan Menulis)”
b.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan
masalah dalam makalah ini antara lain:
1.
Apa yang dimaksud
dengan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis?
2.
Apa hubungan/
keterkaitan antar keterampilan berbahasa tersebut?
c.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:
1.
Mengetahui
pengertian dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
2.
Mengetahui hubungan
antar keterampilan berbahasa yang satu dengan yang lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keterampilan Menyimak, Berbicara,
Membaca dan Menulis
1. Keterampilan Menyimak
Bayi ternyata mengembangkan kemampuan bahasa mereka
sejak dalam kandungan. Penelitian menyebutkan, sejak dikandung, janin belajar
mengingat kata yang biasa dibisikkan orang tua (www.suaramerdeka.com). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan
bahasa pertama yang dimiliki manusia adalah keterampilan menyimak.
Dalam KBBI, menyimak diartikan sebagai mendengarkan atau
memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Menurut Tarigan
(dalam Yeti Mulyati, 2008: 3.4) menyimak memiliki arti suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh si pembicara melalui
ujaran atau bahasa lisan. Dari dua pendapat tersebut dapat diambil simpulan
bahwa kegiatan menyimak tidak sama dengan kegiatan mendengar.
Kegiatan mendengar bisa jadi dilakukan tanpa sengaja,
tanpa maksud atau tujuan tertentu. Akan tetapi kegiatan menyimak mempunyai
tujuan untuk memahami apa yang didengar. Dalam kegiatan menyimak diperlukan
konsentrasi dan kemampuan untuk menafsirkan pesan.
2. Keterampilan Berbicara
Henry Guntur Tarigan (2008: 16) mengemukakan berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan
menurut Suhendar (dalam Yeti Mulyati, 2008: 6.3) berbicara adalah proses
perubahan wujud pikiran/ perasaan menjadi wujud ujaran. Secara umum dapat
dikatakan bahwa berbicara adalah proses penuangan gagasan dalam bahasa lisan.
Students often think that the ability to speak a language is the
product of language learning, but speaking is also a crucial part of the
language learning process (http://www.nclrc.org/). Keterampilan
berbicara bisa jadi merupakan produk dari pembelajaran bahasa, tetapi
keterampilan ini juga sangat penting dalam proses mempelajari bahasa. Jadi
anggapan banyak orang selama ini bahwa berbicara tidak perlu dipelajari karena
sudah secara otomatis didapatkan melalui interaksi dengan orang lain kapan saja
dan di mana saja tidaklah benar. Mungkin untuk sekedar berbicara tidaklah
sulit. Tetapi untuk berbicara yang sistematis menggunakan bahasa Inodonesia
yang tepat sesuai dengan situasi dan tujuan dari pembicaraan tentu tidaklah
mudah. Perlu latihan yang terus menerus atau bahkan perlu pendidikan formal di
bidang bahasa untuk menguasainya.
3.
Keterampilan Membaca
Menurut Solchan T. W., dkk (2007: 1.32) kemampuan membaca
adalah kemampuan untuk memahami dan menafsirkan pesan yang disampaikan secara
tertulis oleh pihak lain. Anthony, Pearson, & Raphael (dalam Yeti Mulayti,
2008: 4.4) mendefinisikan membaca sebagai suatu proses rekonstruksi makna
melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan siap membaca, informasi yang
tersaji dalam bahasa tulis, dan konteks bacaan. Dari dua pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa dalam membaca tidak hanya diperlukan kemampuan untuk
mengubah lambang menjadi bunyi, tetapi perlu memahami makna yang tersaji di
dalam teks.
Keterampilan membaca tentu saja sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor fisiologis,
intelektual, lingkungan, psikologis, dan bahan bacaan. Sebagai contoh,
tingkatan membaca pada anak-anak tentunya akan berbeda dengan tingkatan membaca
pada mahasiswa. Mahasiswa umumnya lebih matang baik dari segi fisik,
intelektual, maupun psikologis. Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi
keterampilan membaca. Anak yang berada dalam lingkungan keluarga yang gemar
membaca dan memiliki beragam buku bacaan umumnya juga senang dan memiliki
keterampilan membaca yang lebih baik. Bahan bacaan bervariasi bagi setiap orang
tergantung dari topik dan keterbacaan. Topik yang menarik bagi seseorang akan
membangkitkan minat membacanya. Bahan bacaan yang terlalu sulit atau terlalu
mudah bagi seseorang akhirnya akan mematahkan selera orang tersebut untuk
membacanya.
4.
Keterampilan
Menulis
Saat ini keterampilan menulis menjadi salah satu
keterampilan bahasa yang amat penting. Baik dalam dunia pendidikan, pekerjaan,
maupun dalam kehidupan sehari-hari keterampilan menulis sangat diperlukan
sabagai sarana komunikasi yang efektif. Solchan T. W., dkk (2007: 1.33)
menyatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan menyampaikan pesan
kepada pihak lain secara tertulis. Kemampuan ini tentu saja bukan hanya
kemampuan untuk menyusun dan menuliskan simbol-simbol, tetapi juga
mengungkapkan ide atau gagasan kepada pihak lain agar dapat dipahami seperti
apa yang dimaksudkan penulis.
Nguyen Thanh Huy dalam Asian Journal Education Research
(2015: 54) mengemukakan pembahasan tentang menulis:
Writing is a complex metacognitive activity
that draws on an individual’s knowledge, basic skill, strategies, and ability
to coordinate multiple processes. Graham (1997) identified the following four
vital areas in the writing processL1)
knowledge of writing and writing topics,(2) skill for producing and crafting
text,(3) processes for energizing and motivating participants to write with
enthusiasm, and (4) directing thought and actions through strategies to archive
writing goals. (www.multidisciplinaryjournals)
Dari kutipan di atas dapat
disimpulkan bahwa keterampilan menulis merupakan sebuah keterampilan yang
kompleks. Diperlukan berbagai kemampuan lain untuk mendukung keterampilan ini.
Proses berpikir yang kreatif dan sistematis, serta kemampuan mengolah kata agar
membentuk makna yang tepat sangat mendukung keterampilan ini.
B. Hubungan atau
Keterkaitan antar Keterampilan Berbahasa
1. Hubungan antara Keterampilan
Berbicara dengan Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak
merupakan dasar untuk belajar bahasa. Sedangkan keterampilan berbicara perlu
menggunakan bahasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak pasti
didapatkan terlebih dahulu daripada keterampilan berbicara. Bahkan sejak bayi
di dalam kandungan sudah mampu untuk menyimak dan mengingat kata yang
dibisikkan oleh orang tua.
Menyimak adalah suatu
kegiatan yang disengaja untuk dapat memahami suatu informasi yang disampaikan
oleh pembicara. Apabila si penyimak dapat memahami maksud si pembicara dengan
baik maka penyimak tentunya dapat memberikan respon yang lebih tepat. Respon
ini dapat berupa jawaban, pengungkapan ide atau gagasan, atau bisa juga berupa
pertanyaan pada si pembicara.
Dalam kehidupan
sehari-hari kegiatan menyimak tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan berbicara.
Tidak mungkin orang menyimak jika tidak ada orang yang berbicara. Begitu pula
sebaliknya, tidak mungkin orang berbicara tanpa ada yang menyimak. Dua kegiatan
ini saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam
bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab dan interviu.
Menurut Brooks (dalam
Tarigan, 1990:4) berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah
yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face-to-face communication.
Hal-hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dan
menyimak adalah sebagai berikut:
d. Ujaran
(speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi).
e. Kata-kata
yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh
perangsang (stimuli) yang mereka temui dan kata-kata yang paling banyak memberi
bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka.
f. Ujaran
sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan masyarakat tempatnya
hidup.
g. Anak yang
lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan
rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.
h. Meningkatkan
keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara
seseorang.
i. Bunyi
atau suara merupakan suatu faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian
kata-kata sang anak. Oleh karena itu, sang anak akan tertolong kalau mereka
menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru dan lingkungan sekitarnya.
j. Berbicara
dengan bantuan alat-alat peraga akan menghasilkan penangkapan informasi yang
lebih baik pada pihak penyimak.
k.
Hubungan antara Keterampilan Menyimak dengan Keterampilan
Menulis
Pada tahun 1997 di
Amerika Serikat dibentuk sebuah lembaga yang disebut the National Reading Panel (NRP). Tujuan dari NRP adalah untuk
melaksanakan penilaian autentik tentang penelitian ilmiah dalam membaca dan
implikasinya dalam pengajaran membaca. Salah satu hasil laporan NRP menyebutkan
bahwa salah satu komponen dalam pengajaran membaca adalah fonem. Fonem
dijelaskan sebagai hubungan antara suara dan simbol tertulis bahasa atau korespondensi fonem-grafem. Pengajaran
tentang pengetahuan fonemis dan fonem yang tidak tepat adalah alasan paling
umum mengapa siswa mengalami kesulitan membaca.
Dari hasil laporan
tersebut tampak bahwa pemahaman fonem erat kaitannya antara suara dan simbol
tertulis. Siswa harus memiliki kemampuan menyimak yang baik agar dapat
menuliskan simbolnya secara tepat. Dua keterampilan ini juga tidak dapat
dipisahkan dengan keterampilan membaca.
Keterampilan menulis
melibatkan kreativitas, cara berfikir yang sistematis, dan kemampuan menuangkan
ide dan gagasan menggunakan kata yang tepat.
Keterampilan ini berkorelasi positif dengan pengetahuan awal penulis.
Salah satu cara memperoleh pengetahuan adalah melalui kegiatan menyimak. Keterampilan
menyimak yang baik tentunya dapat meningkatkan pengetahuan yang pada akhirnya
dapat memperluas atau memperdalam materi tulisan.
3.
Hubungan antara
Keterampilan Menyimak dengan Keterampilan Membaca
Ketika anak tumbuh, mereka mulai mempelajari keterampilan
berbahasa. Dua keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif (menerima) adalah
keterampilan menyimak dan keterampilan membaca. Keterampilan menyimak tentunya
muncul lebih dahulu daripada keterampilan membaca. Anak mulai menyimak dan
menirukan apa yang didengarnya. Sedangkan dalam kegiatan membaca mereka perlu
untuk memahami kata-kata yang tertulis. Dari sini sepertinya keterampilan
menyimak dan keterampilan membaca begitu jauh perbedaannya. Tetapi seiring dengan
bertambahnya usia mereka, perbedaan ini akan mulai menghilang.
Ketika anak mulai bersekolah, perbedaan antara dua
keterampilan ini mulai menghilang. Ini karena pemahaman dalam membaca meningkat
dengan cepat. Siswa mulai mengembangkan morfologi, yang merupakan sistem untuk
mengembangkan kata-kata menjadi bentuk komunikasi tertulis.
Penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli telah memperlihatkan
beberapa hubungan penting antara membaca dan menyimak, antara lain :
a. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam
membaca diberikan oleh sang guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak
untuk menyimak dengan pemahaman penting sekali.
b. Menyimak merupakan cara atau metode utama bagi
pelajaran lisan ( verbalized learning ) selama tahun-tahun permulaan di
sekolah. Perlu dicatat misalnya bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah
meneruskan pelajarannya di kelas yang lebih tinggi dengan lebih banyak melalui
menyimak tinimbang membaca.
c. Walaupun menyimak pemahaman (listening
comprehension) lebih unggul daripada membaca pemahaman (reading comrehension),
namun anak-anak sering gagal untuk memahaminya dan tetap menyimpan atau memakai
atau menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar.
d. Oleh karena itu para pelajar
membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih teratur
lagi, agar hasil pengajaran itu baik.
e. Kosa kata atau perbendaharaan kata menyimak
yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar
membaca secara baik.
f. Bagi para pelajar yang lebih besar atau
tinggi kelasnya. Korelasi antara kosa kata baca dan kosa kata simak (reading
vocabulary dan listening vocabulary) sangat tinggi , mungkin 80% atau
lebih.
g. Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran
yang jelek sering kali dihubugkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin
merupakan suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam ketidakmampuan
dalam membaca (poor reading)
h. Menyimak turut membantu sang anak untuk
menangkap ide utama yang disampaikan oleh pembicara; bagi pelajar yang lebih
tinggi kelasnya, membaca lebih unggul dari pada menyimak sesuatu yang mendadak
dan pemahaman informasi yang terperinci.
4.
Hubungan antara Keterampilan
Berbicara dengan Keterampilan Membaca
Keterampilan berbicara memiliki kaitan yang sangat erat dengan
keterampilan membaca. Semakin banyak orang membaca tentunya semakin banyak
pengetahuan atau informasi yang diperolehnya. Pengetahuan ini mencakup kosakata
yang luas dan beraneka ragam serta topik pembicaraan yang lebih kaya. Orang
yang gemar membaca juga lebih tepat dalam berujar karena tau ejaan yang benar.
Membaca juga meningkatkan keterampilan berfikir logis, analitis, dan
sistematis. Orang yang terbiasa membaca tentunya akan lebih tepat dan runtut
dalam berbicara. Kalimat yang digunakan lebih terstruktur sehingga lebih mudah
dipahami oleh pendengar.
Cagrı Tugrul Mart dalam Jurnalnya yang berjudul “Developing Speaking Skills through Reading” (International Journal of English Linguistik, 2012: 91) mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
Communication without vocabulary will
break down. One of the most useful ways to improve your communication skills is
extensive reading. Extensive reading will help you to develop your ability to
express ideas, whilst also enlarging the size of vocabulary. Vocabulary
knowledge is one of the crucial factors that will influence fluency in
speaking. Reading introduces learners to a wider body of language and contexts.
Reading helps learners build up better grammar skills. As learners develop stronger
reading skills, they develop more sophisticated speaking skills.
Dari pendapat di atas jelas sekali betapa eratnya hubungan antara
keterampilan membaca dengan berbicara. Kegiatan membaca sangat penting untuk
mengembangkan keterampilan berbicara.
5.
Hubungan antara
Keterampilan Berbicara dengan Menulis
Anak-anak mulai belajar berbicara sebelum mereka bisa
mulai menulis. Untuk bisa menulis mereka harus belajar menuangkan bahasa ke
dalam simbol tertulis. Keterampilan menulis memerlukan latihan dan bimbingan.
Secara alami, dalam periode tertentu anak-anak memiliki keterampilan berbicara
yang lebih baik daripada keterampilan menulis. Tetapi pada usia yang lebih
matang, jarak antara dua keterampilan ini semakin kecil. Pada orang dewasa bisa
saja mereka mampu menulis dengan baik, tetapi dalam berbicara justru kurang
terampil atau bisa juga terjadi sebaliknya.
Berbicara adalah bentuk komunikasi langsung, sedangkan
menulis merupakan bentuk komunikasi tidak langsung. Berbicara bisa direncanakan
dengan menuliskan apa yang akan disampaikan terlebih dahulu. Apabila berbicara
dilaksanakan secara spontan, misalnya dalam percakapan sehari-hari, hanya ada
sedikit waktu untuk memikirkan apa yang akan disampaikan. Sedangkan ketika
menulis penulis bisa memilih kata-kata, urutan, dan materi terbaik untuk
tulisannya. Namun, secara umum keduanya sama-sama merupakan keterampilan
berbahasa produktif (menyampaikan informasi).
6.
Hubungan antara
Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis
Tidak dapat dipungkiri hubungan antara keterampilan
membaca dengan menulis sangat erat. Satu dari keterampilan ini dapat
meningkatkan keterampilan lainnya dan begitu pula sebaliknya. Keduanya
sama-sama merupakan keterampilan yang berhubungan dengan tulisan.
Penelitian membuktikan ketika anak-anak membaca secara
ekstensif mereka menjadi penulis yang lebih baik. Membaca beragam jenis bacaan
membantu anak-anak untuk memahami struktur dan bahasa dalam teks sehingga
mereka dapat menerapkannya dalam tulisan mereka sendiri. Salah satu tujuan utama
membaca adalah untuk belajar. Terutama ketika di sekolah, pengetahuan sebagian
besar berasal dari apa yang dibaca siswa. Menulis adalah proses untuk mencurahkan pengetahuan ke dalam teks
sehingga siswa harus mempunyai pengetahuan atau informasi sebelum bisa
menuliskannya. Dengan demikian membaca memegang peranan penting dalam
keterampilan menulis.
Di sisi lain, menulis membantu anak untuk membangun
keterampilan membaca mereka. Terutama bagi anak yang lebih muda yang harus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan fonemis mereka. Pengetahuan tentang
fonem akan berkembang ketika anak membaca dan menuliskan kata-kata baru. Untuk
anak yang lebih tua, praktik dalam proses menulis teks mereka sendiri membantu
mereka untuk menganalisa potongan-potongan dari apa yang mereka baca. Orang
dewasa pun seringkali menulis apa yang mereka baca dengan bahasa sendiri agar
lebih mudah untuk diingat atau dipahami.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam berbahasa ada empat keterampilan utama, yaitu
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada umumnya keempat
keterampilan tersebut berkembang secara berurutan. Sejak dalam kandungan
manusia sudah mampu untuk menyimak. Dari hasil simakan itu manusia menirukan
dan pada akhirnya muncul keterampilan berbicara. Setelah itu manusia mulai mengenal
simbol-simbol bahasa secara tertulis dan mempelajarinya. Untuk membaca dan
menulis masih belum diketahui secara pasti mana yang berkembang lebih dahulu.
Tetapi, anak yang belum mampu membaca pun bisa saja mencoret-coret kertas atau
menulis walaupun mungkin belum bermakna.
Empat keterampilan berbahasa itu saling mendukung antara
satu dengan yang lainnya. Dalam suatu aktivitas berbahasa bisa saja melibatkan
beberapa keterampilan berbahasa. Peningkatan kemampuan pada satu jenis
keterampilan akan mendukung keterampilan berbahasa lainnya. Dengan demikian
apabila ingin memiliki keterampilan berbahasa yang baik maka tidak bisa
mengabaikan salah satu dari empat keterampilan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
------------- Kamus
Besar Bahasa Indonesia Online. Tersedia di: http://kbbi.web.id/ diakses tanggal 29
Maret 2016
Putri, Linda. “Bayi
Belajar Menyimak Sejak Dikandung dalam Rahim. 29 Maret 2016.http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/sehat/2013/09/03/1007/Bayi-Belajar-Menyimak-Sejak-Dikandung-Dalam-Rahim
Solchan
T. W., dkk. 2007. Pendidikan Bahasa
Indonesia di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Tarigan,
Henry Guntur. 2013. Berbicara sebagai
suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Thanh Huy, Nguyen . 2015. Problems Affecting Learning Writing Skill Of Grade 11 at Thong Linh High Schooll diakses tanggal 30 Maret 2016. http://www.multidisciplinaryjournals.com/wp-content/uploads/2015/03/
PROBLEMS-AFFECTING-LEARNING-WRITING-SKILL-OF-GRADE-11.pdf
The
National Capital Language Resource Center.
“Teaching Speaking Strategies
for Developing Speaking Skills” diakses tanggal 29 Maret 2016. http://www.nclrc.org/
essentials/speaking/stratspeak.htm
Yeti
Mulayati, dkk. 2008. Bahasa Indonesia.
Jakarta: Universitas Terbuka
Komentar
Posting Komentar