Surat Pertama untuk Shafa

Ibu ingat waktu umur kamu 2 tahun, ibu sudah memasukkanmu ke sebuah PAUD. Di sana tidak ada saudara, teman, atau pun tetangga yang kamu kenal. Di hari pertama gurumu meminta ibu untuk meninggalkanmu meski kamu menangis. Ibu pun meninggalkanmu.
Di minggu pertama kamu sering sekali menangis. Mungkin dalam hati kamu berpikir bahwa ibu sangat tega meninggalkanmu di tempat yang begitu asing. Setiap pagi ibu harus dengan berat hati melepaskan tangan kecilmu itu. Di minggu kedua kamu selalu diam dan belum mau bermain dengan teman-teman barumu. Bahkan itu berlangsung selama beberapa bulan. Tapi kamu mulai percaya ibu akan selalu datang menjemputmu dan tidak mungkin meninggalkanmu.
Di bulan keempat kamu mulai memiliki teman. Lalu dengan cepat kamu mulai bermain dengan teman-temanmu. Kamu pun semakin ceria dan seolah-olah sekolah itu adalah rumahmu sendiri.
Setelah dua tahun sekolah di sana akhirnya tiba waktunya untuk masuk TK. Ibu kembali memasukkanmu di TK yang asing di mana tidak ada orang yang kamu kenal. Semuanya baru. Tapi alhamdulillah di hari pertama sekolah kamu dengan berani meminta ibu untuk meninggalkanmu. Di minggu pertama ibu bertanya apa kamu senang sekolah di sana dan kamu menjawab senang.
Ketika memasuki tahun kedua ibu selalu memintamu untuk belajar. Kadang ibu memaksamu dan bahkan mencubit dan memarahimu kalau kamu tidak mau belajar. Ketika kehilangan kesabaran dalam hati ibu pun menyesal dan merasa bersalah. Kadang kamu kelihatan sangat tertekan dan marah pada ibu. Ibu berpikir dokter itu lucu. Mereka memasukkan bibit penyakit ke dalam tubuh melalui imunisasi dan memberikan obat juga agar si pasien tidak benar-benar sakit. Karena itu terkadang ibu menekanmu tapi juga sering memanjakanmu, membiarkan kamu bermain sesuka hatimu dan menuruti apa yang kamu minta.
Jangan salah paham nak, ibu tidak pernah mengharapkanmu menjadi nomor satu dalam segala hal. Ibu tidak pernah membandingkanmu dengan teman-temanmu atau siapa pun. Ibu hanya berharap agar kamu melakukan yang terbaik sesuai kemampuanmu. Dan ternyata kamu bisa.
Tiba saatnya untuk memilihkan sekolah dasar. Ibu dan ayah mengunjungi beberapa sekolah swasta Islam favorit. Bukan karena tidak percaya pada sekolah negeri. Tapi ibu ingin kamu belajar agama dengan lebih baik karena ibumu ini mungkin tidak akan mampu mengajarimu agama. Akhirnya di sekolah keempat yang kita kunjungi kamu bilang kamu menyukai sekolah itu. Dan alhamdulillah dengan beberapa tes kamu pun diterima di sana. Sekali lagi kamu sekolah di tempat yang benar-benar baru bagimu.
Di hari pertama ibu sangat bangga melihatmu memakai seragam SD. Dengan penuh semangat kamu berangkat ke sekolah diantar oleh ayahmu. Ibu ingin sekali mengantarkanmu di hari yang istimewa itu tapi murid-murid ibu yang baru pun sedang menunggu ibu di kelas.

Sekolah barumu itu cukup jauh dari rumah. Selama seminggu ayah dan ibu mengantar dan menjemputmu. Di minggu kedua ibu memintamu untuk ikut antar jemput dari sekolah. Dan dengan ringan kamu menjawab “okey bu”. Dengan cepat kamu mulai menyesuaikan diri dan memiliki banyak teman. Kini ibu juga tidak perlu memaksamu untuk belajar lagi. Karena setiap hari kamu sudah semangat untuk belajar. Terima kasih nak telah menjadi anak yang hebat dan selalu membuat ibu dan ayahmu bangga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Evaluasi Tema 1 Kelas 6 SD

MAKALAH HUBUNGAN ANTAR KETERAMPILAN BERBAHASA (MENYIMAK, BERBICARA, MEMBACA, DAN MENULIS)

Contoh Analisis Jurnal Internasional Kepemimpinan

KISI-KISI, SOAL, DAN KUNCI JAWABAN PENILAIAN AKHIR TAHUN (PAT) KELAS 6 KURIKULUM 2013 MUPEL PPKn, IPS, DAN SBdP

RPP KTSP Kelas 5 SD Materi Laporan Pengamatan