PERBANDINGAN KEBIJAKAN DAN KURIKULUM SEKOLAH DASAR ANTARA INDONESIA DENGAN BRUNEI DARUSSSALAM
PERBANDINGAN KEBIJAKAN DAN KURIKULUM SEKOLAH DASAR
ANTARA INDONESIA DENGAN BRUNEI DARUSSSALAM
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Penelaahan Kebijakan Pendidikan dan Kurikulum SD
di Berbagai Negara
Dosen Pengampu :
Dr. Roemintoyo, M. Pd.
Oleh :
Linda Nurmasari
(S031602010)
PROGRAM
STUDI S2 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolongan-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah mengenai Perbandingan Kebijakan dan Kurikulum Sekolah Dasar
antara Indonesia dengan Brunei Darussalam sebagai salah satu pemenuhan tugas
mata kuliah Penelaahan Kebijakan Pendidikan dan Kurikulum SD di Berbagai Negara
pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulis
menyadari bahwa makalah
ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian,
pada kesempatan ini penulis perlu menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, baik dukungan moral maupun spiritual
sehingga penulisan makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik, yakni kepada:
1.
Dr. Roemintoyo, M.Pd.,
Dosen Mata Kuliah Penelaahan Kebijakan Pendidikan dan Kurikulum SD di Berbagai
Negara, yang
telah memberikan bimbingan, dukungan, dan saran-saran dalam penyusunan tugas.
2.
Teman-teman Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan dukungan, baik moril maupun materil.
Semoga
karya ini memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan.
Surakarta, Nopember 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kebijakan dan Kurikulum Sekolah Dasar di Indonesia
.......... 3
B.
Kebijakan dan Kurikulum Sekolah Dasar di Brunei Darussalam 14
C. Persamaan dan Perbedaan Kebijakan dan Kurikulum
Sekolah
Dasar di Indonesia dengan Brunei Darussalam....................... 27
BAB III SIMPULAN
A. Simpulan ................................................................................. 33
B. Saran ....................................................................................... 33
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan dan
perbandingan pendidikan sebagai sebuah konsep bisa memiliki beberapa arti.
Orang yang berbeda dengan sudut pandang yang berbeda akan memandang konsep ini
dalam perspektif yang berbeda pula. Dengan kata lain, ada banyak definisi
tentang konsep pendidikan dan perbandingan pendidikan.
Adeyinka (1994)
mendefinisikan perbandingan pendidikan sebagai : (a) sebuah studi dari dua atau
lebih sistem pendidikan; (b) sebuah studi tentang bagaimana filsafat, tujuan
dan maksud, kebijakan dan praktik pendidikan di negara lain mempengaruhi perkembangan
umum, kebijakan dan praktik pendidikan di suatu negara tertentu; (c) sebuah
studi tentang bagaimana perkembangan pendidikan di masa lalu, melintasi waktu
dan benua, telah mempengaruhi perkembangan pendidikan di negara tertentu; (d) sebuah studi dari sistem sekolah dari dua
atau lebih negara, dan mesin administrasi yang dibentuk untuk melaksanakan atau
untukmengontrol pelaksanaan kebijakan pemerintah di berbagai tingkat sistem
pendidikan.
Perbandingan pendidikan
menurut Good dalam Lawal (2004) adalah bidang studi yang berhubungan dengan
perbandingan teori pendidikan dan praktik di berbagai negara untuk tujuan
memperluas dan memperdalam pemahaman tentang masalah pendidikan di luar batas-batas
negara sendiri. Dari definisi di atas, studi pendidikan perbandingan
memungkinkan orang yang terlibat untuk memiliki pemahaman yang lebih baik dari
sistem pendidikan di luar negaranya sendiri.
As Thomas
(1998: 1) berpendapat bahwa dalam arti yang paling inklusif, pendidikan
komparatif mengacu memeriksa dua atau lebih entitas atau kegiatan pendidikan
untuk menemukan bagaimana dan mengapa mereka sama dan berbeda. Entitas pendidikan
dalam konteks ini berarti seseorang, kelompok atau organisasi yang berhubungan
dengan belajar dan mengajar. Suatu peristiwa adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan memajukan pembelajaran.
Sejak tahun 2014,
Indonesia mulai menerapkan kurikulum yang baru, yaitu kurikulum 2013. Meskipun
pada saat yang sama kurikulum KTSP masih diterapkan di Indonesia, namun
pembahasan makalah ini hanya berfokus pada kurikulum 2013 agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam membandingkan kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini
dengan kurikulum yang berlaku di Brunei Darussalam. Pembahasan hanya difokuskan
pada kurikulum dan kebijakan pendidikan yang terkait dengan pendidikan dasar,
terutama di Sekolah Dasar (Primary School).
Sudut pandang yang
digunakan dalam perbandingan pada makalah ini tidak hanya sudut pandang dari
kacamata nasional, tetapi juga internasional, seperti dari ASEAN State Education Report 2013, data dari Organisation
for Economic Co-operation and Development (OECD), dan data dari UNESCO.
Sudut pandang ini dipilih agar lebih objektif dalam melakukan perbandingan.
Perbandingan dilakukan pada aspek persamaan dan perbedaan, bukan pada aspek
kelebihan atau kekurangan. Hal ini dikarenakan kurikulum dan kebijakan yang
berlaku di suatu negara disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Bagaimana kebijakan dan kurikulum sekolah dasar di
Indonesia?
2. Bagaimana kebijakan dan kurikulum sekolah dasar di
Brunei Darussalam?
3. Bagaimana persamaan dan perbedaan kebijakan dan
kurikulum sekolah dasar di Indonesia dengan Brunei Darussalam?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui kebijakan dan kurikulum sekolah dasar di Indonesia.
2.
Untuk
mengetahui kebijakan dan kurikulum sekolah dasar di Brunei Darussalam.
3.
Untuk mengetahui
persamaan dan perbedaan kebijakan dan kurikulum sekolah dasar di Indonesia
dengan Brunei Darussalam.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Kebijakan
dan Kurikulum Sekolah Dasar di Indonesia
1.
Kebijakan
Sekolah Dasar di Indonesia
a.
Scorecard
Pendidikan
Tabel
2.1
(ASEAN
State Education Report 2013)
Dari data scorecard
pendidikan di atas dapat kita lihat bahwa angka partisipasi murni untuk sekolah
dasar di Indonesia adalah 95, 23% pada tahun 2009 dan terus meningkat menjadi
95,55% pada tahun 2011. Angka ini hampir sama dengan rata-rata regional UNESCO.
Perbandingan antara murid dan guru di sekolah dasar adalah 19,68% yang termasuk
kategori baik apabila dibandingkan dengan sebagian besar negara anggota ASEAN
lainnya. Angka keberlanjutan (survival
rates) untuk sekolah dasar adalah 95,3%.
Indeks pendidikan di Indonesia berada pada
peringkat 108 dari 187 negara (Human Development
Report 2013, UNDP). Untuk peringkat EDI (Education
for All Development Index) Indonesia berada pada posisi 68 dari 113 negara
(EFA Global Monitoring Report 2015). Sedangkan untuk peringkat HDI (Human
Development Index) Indonesia berada pada posisi 110 dari 188 negara (Human Development Report 2015).
b.
Ikhtisar
Sistem Pendidikan
Seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.2, struktur
sekolah umum di Indonesia sesuai dengan pola 6-3-3, yaitu enam tahun sekolah dasar,
tiga tahun menengah, dan tiga tahun studi menengah atas. Sistem sekolah di
Indonesia adalah terbesar keempat di dunia. Dalam sistem ini terdapat lebih
dari 50 juta siswa, sekitar tiga juta guru dan lebih dari 300.000 sekolah. Sekolah
swasta menampung 8% dari semua pendaftaran sekolah dasar, 19% dari semua
pendaftaran sekolah menengah pertama dan 32% dari semua pendaftaran sekolah menengah
atas. Lebih dari setengah sekolah swasta adalah madrasah (sekolah Islam). Di
semua tingkatan terdapat masalah mahalnya pendidikan swasta internasional, dan
sekolah swasta 'nasional plus', yang berarti bahwa mereka melampaui persyaratan
minimum kurikulum pemerintah, terutama dalam penggunaan bahasa Inggris, atau
mereka memiliki kurikulum internasional.
c.
Kebijakan
Sekolah Dasar
Pendidikan sekolah dasar terutama disediakan oleh
sektor publik. Lama sekolah dasar adalah enam tahun, namun ada program yang memungkinkan
siswa berbakat untuk menyelesaikan sekolah dasar dalam lima tahun. Sekitar 10%
dari semua siswa sekolah dasar mengikuti madrasah (sekolah Islam).
Kurikulum sekolah dasar memuat mata pelajaran bahasa
Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni,
pendidikan jasmani, dan agama (terutama Islam). Sekolah dimungkinkan untuk
menambahkan 'muatan lokal', apakah dalam bentuk bahasa tambahan, studi tentang
budaya lokal, atau bahasa Inggris tambahan. Sekolah-sekolah Islam juga
mengajarkan mata pelajaran Islam tradisional. Pada akhir pendidikan sekolah
dasar, semua anak menghadapi ujian nasional dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia, matematika, dan ilmu pengetahuan. Pemeriksaan ini berfungsi tidak
hanya untuk mengkonfirmasi pencapaian siswa dalam standar minimum nasional
tetapi juga untuk memberikan panduan tentang kesiapan siswa untuk melanjutkan ke
sekolah menengah pertama. Sangat sedikit siswa yang mengulang sekolah dasar di
Indonesia. Anak laki-laki lebih mungkin untuk mengulang kelas dibandingkan anak
perempuan.
d.
Tantangan
1)
Pembiayaan
Pembiayaan dari sistem pendidikan semakin
kompleks, namun telah menghasilkan perbaikan yang cukup, karena adopsi
kebijakan desentralisasi pada tahun 1999, dan juga karena amandemen konstitusi
pada tahun 2002 yang menganggarkan setidaknya 20% dari total APBN akan
dihabiskan untuk pendidikan. Sekolah pemerintah menerima sebagian besar dananya
dari pemerintah kabupaten setempat, tetapi beberapa dana diterima langsung dari
pemerintah pusat di bawah kondisi yang mungkin tidak sejalan dengan prioritas
pemerintah kabupaten. Pemerintah kabupaten dan provinsi juga menerima dana dari
pemerintah pusat, tetapi kondisi yang melekat pada dana tersebut dapat
membatasi bagaimana dana tersebut dapat dihabiskan. Perencanaan pada setiap
tingkat, oleh karena itu, tindakan penyeimbangan, dan isu-isu akuntabilitas
keuangan bisa sulit dan memakan waktu untuk diselesaikan. Hal rumit lainnya adalah
fakta bahwa 85% dari semua pengeluaran pendidikan publik di Indonesia adalah
gaji dan tunjangan, yang berarti bahwa saldo yang tersedia untuk mendukung
langkah-langkah reformasi yang signifikan sangat terbatas.
2)
Tata
Kelola dan Manajemen
Desentralisasi telah mengakibatkan pembagian
tanggung jawab yang menguntungkan dalam pengelolaan sistem sekolah di
Indonesia. Lebih dari 500 pemerintah kabupaten sekarang memainkan peran penting
dalam mengelola sistem, dan kepala sekolah berlatih jauh lebih tanggung jawab
sebagai manajer daripada di masa lalu. Akibatnya, metode mengajar menjadi lebih
responsif terhadap kepentingan dan minat siswa. Bahasa daerah, budaya dan
kebutuhan masyarakat juga tampak lebih menonjol dalam kurikulum. Pada saat yang
sama, ada kekhawatiran tentang konsistensi standar kualitas nasional yang
diterapkan di tingkat lokal. Ada juga kekhawatiran bahwa dana yang ditujukan
untuk sekolah kadang-kadang dialihkan untuk mendukung prioritas lokal lainnya.
Ada kebutuhan mendesak di seluruh negeri untuk mengembangkan kapasitas sumber
daya manusia di tingkat SKPD Pendidikan, khususnya di daerah miskin di negera ini.
3)
Pedagogi
Salah satu tantangan bagi pedagogi di Indonesia
berkaitan dengan jumlah bahasa daerah yang sangat beragam. Meskipun Bahasa
Indonesia adalah bahasa nasional, namun tidak semua populasi fasih dalam menggunakan
bahasa ini. Fakta ini mungkin menjelaskan kinerja yang buruk di Indonesia pada
tes internasional seperti PIRLS. Meluasnya penggunaan pertanyaan pilihan ganda
dalam ujian nasional Indonesia pada akhir sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, dan sekolah menengah atas juga dapat berkontribusi untuk menyamarkan
tingkat sebenarnya dari masalah bahasa. Anak-anak di sekolah dasar kelas bawah umumnya
diharapkan akan diajarkan dalam bahasa ibu mereka, tapi transisi mereka ke
Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar kelas tinggi mungkin
sulit, dan transisi lebih lanjut mereka untuk bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar dalam ilmu dan kelas matematika di sekolah menengah mungkin sangat
sulit. Tantangan lain berkaitan dengan ketergantungan oleh guru di Indonesia,
terutama guru di luar kota-kota besar, pada hafalan oleh siswa. Bukti dari
survei TIMSS, khususnya, menunjukkan bahwa guru matematika dan ilmu pengetahuan
di Indonesia lebih mungkin menggunakan pendekatan yang berpusat pada guru.
Baik di negara maju maupun berkembang isu dan
kesulitan yang dihadapi oleh otoritas pendidikan dalam memberikan pengajaran multi-grade ke daerah terpencil dan sulit
terakses telah menjadi tantangan yang berkelanjutan, dan dalam hal ini penelitian
serta metodologi yang digunakan tidak memberikan jawaban yang mudah. Di samping
kompleksitas yang dihadapi oleh guru yang mengajar kelas rangkap, telah
ditemukan bahwa hal ini sama efektifnya, atau bahkan lebih efektif daripada
pengajaran di kelas tunggal dalam meningkatkan hasil belajar siswa dimana
ukuran kelas siswa kurang dari 24 siswa per kelas. Pengajaran multi-grade juga murah, dan sangat cocok
untuk memenuhi kebutuhan sekolah kecil di daerah terpencil. Pelatihan guru yang
tepat sangat penting.
4)
Keadilan
Indonesia telah berhasil dalam mencapai kesetaraan
gender tingkat tinggi dalam sistem pendidikan. Dari catatan, meskipun,
anak-anak perempuan di Indonesia merekam prestasi literasi secara signifikan
lebih baik daripada anak laki-laki.
Ketidakadilan karena perbedaan tingkat pendapatan
rumah tangga dan kekayaan adalah lebih dari sebuah tantangan. Sebuah survei
menunjukkan bahwa pertimbangan yang terkait dengan biaya pendidikan lebih dari
satu-setengah dari kasus di mana orang tua tidak menyekolahkan anak mereka ke
sekolah dasar, atau di mana anak-anak putus sekolah. Selain itu, ada
kesenjangan yang signifikan dalam pencapaian yang terkait dengan kekayaan
keluarga. Hasil PISA 2009 menunjukkan, misalnya, bahwa sementara lebih dari 40%
gadis-gadis dari keluarga kaya mencapai skor untuk matematika pada atau di atas
level 2, kurang dari 10% gadis-gadis dari keluarga miskin mencapai skor yang
sebanding. Pola ini dicerminkan oleh statistik pendaftaran di sekolah menengah
atas: hampir 80% siswa berasal dari rumah tangga terkaya, tetapi hanya 20% dari
rumah tangga termiskin, terdaftar di sekolah menengah atas atau pendidikan
tinggi.
5)
Kualitas
Kualitas pertumbuhan jumlah guru selama dekade
terakhir di Indonesia spektakuler. Diperkirakan, sejak tahun 2004, jumlah guru
sekolah dasar telah meningkat sebesar 30%, sedangkan jumlah siswa SD tetap atau
konstan. Apakah kualitas pendidikan telah meningkat sebagai konsekuensi dari
perbaikan dalam rasio siswa-guru saat ini sekarang menjadi persoalan dalam
menetapkan kebijakan. Bukti awal dalam hal ini mengecewakan. Peningkatan rasio
siswa-guru tidak terjadi secara merata di seluruh Indonesia. Perbaikan utama
sampai saat ini terbatas pada Jawa dan Bali. Guru yang bekerja di daerah
pedesaan dan terpencil tetap memiliki kualifikasi yang kurang. Dengan
desentralisasi, kapasitas Depdikbud untuk melakukan banyak tentang perbedaan
geografis ini sangat terbatas.
2.
Kurikulum
Sekolah Dasar di Indonesia
a.
Kurikulum
2013
Reformasi kurikulum tahun 2013 dibangun di atas
dasar dari kurikulum 2004. Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pengajaran di sekolah-sekolah dan madrasah di seluruh Indonesia, dengan fokus
khusus pada pencapaian keseimbangan optimal antara pengembangan keterampilan
kognitif, terutama kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta
pengembangan karakter dan perilaku siswa. Menanggapi kekhawatiran tentang
perilaku remaja, kurikulum 2013 juga lebih menekankan pada pelajaran agama dan
pendidikan karakter. Dalam upaya untuk menyeimbangkan beban kurikulum dan
menciptakan pendekatan yang lebih terintegrasi, pendekatan tematik telah
diadopsi untuk kelas utama. Guru akan membutuhkan dukungan untuk mengajar mata
pelajaran ini secara terpadu.
Fokus pada pengajaran berbasis kompetensi
berlanjut dalam kurikulum 2013, menekankan pergeseran dari pembelajaran
berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kurikulum
baru mempromosikan pengajaran yang lebih interaktif dan proses belajar yang
lebih aktif. Peningkatan penekanan pada pembelajaran kelompok-dan tim-based dan penilaian kelas otentik
juga telah memperkuat pendekatan pedagogis kurikulum baru. Tim peninjau setuju
bahwa penekanan ini tepat, tetapi tantangan implementasi besar. Tidak ada
solusi cepat untuk mencapai pedagogi dan reformasi penilaian yang diusulkan.
Untuk mencapai perubahan ini semua guru harus memiliki peningkatan motivasi dan
kemampuan. Mereka perlu menjadi guru pembelajar yang inovatif, adaptif dan
praktisi reflektif.
Sementara kurikulum baru telah memperkuat fokus
pada kompetensi penting, pada saat yang sama kurikulum kembali ke kurikulum
yang lebih terpusat (dengan beberapa konten lokal) karena pengembangan
kurikulum sebelumnya yang berbasis sekolah dinilai telah gagal. Di bawah
kurikulum baru, kementerian sekarang bertanggung jawab untuk penyediaan semua
buku teks untuk mendukung kurikulum baru, bukan sekolah dan / atau perusahaan
penerbitan. Posisi kurikulum 2013 ditunjukkan oleh gambar 1.1.
Gambar 1.1
Menyediakan buku-buku pelajaran dasar yang cukup
akan menjadi sangat fundamental. Kementerian sekarang harus menyediakan semua
buku pelajaran untuk semua siswa di mana pun mereka tinggal, memenuhi rasio
yang diinginkan dari buku-buku untuk siswa untuk semua mata pelajaran
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pendidikan Nasional nomor 24 (2007) akan
menjadi tantangan yang cukup besar dan masalah yang mendesak untuk diatasi.
b.
Organisasi
Kompetensi
Mata pelajaran adalah unit organisasi Kompetensi
Dasar yang terkecil. Untuk kurikulum SD/MI, organisasi Kompetensi Dasar
dilakukan melalui pendekatan terintegrasi. Berdasarkan pendekatan ini maka
terjadi reorganisasi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang mengintegrasikan
konten mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial di
kelas I, II, dan III ke dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan. Dengan pendekatan ini maka Struktur Kurikulum SD/MI
menjadi lebih sederhana karena jumlah mata pelajaran berkurang.
Di kelas IV, V, dan VI nama mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial tercantum dalam Struktur Kurikulum
dan memiliki Kompetensi Dasar
masing–masing. Untuk proses pembelajaran, Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan
Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial, sebagaimana Kompetensi Dasar mata pelajaran
lain, diintegrasikan ke dalam berbagai tema. Oleh karena itu, proses
pembelajaran semua Kompetensi Dasar dari semua mata pelajaran terintegrasi
dalam berbagai tema.
Substansi muatan lokal termasuk bahasa daerah
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Sedangkan
substansi muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan.
c.
Tujuan
Satuan Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah
sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan
bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:
1)
beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;
2)
berilmu,
cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
3)
sehat,
mandiri, dan percaya diri; dan
4)
toleran, peka
sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.
d.
Struktur
Kurikulum dan Beban Belajar
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi
konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran
dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun,
beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap
peserta didik. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian
konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem
pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk
kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian
beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.
Struktur kurikulum adalah juga gambaran mengenai
penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang peserta didik dalam
menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam
struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang
peserta didik yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran
yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menentukan berbagai pilihan. Struktur kurikulum terdiri
atas sejumlah mata pelajaran, dan beban belajar. Struktur Kurikulum SD/MI
adalah ditunjukkan pada tabel 2.3.
Tabel 2.3
Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang
tercantum di dalam struktur kurikulum di atas, terdapat pula kegiatan
ekstrakurikuler SD/MI antara lain Pramuka (Wajib), Usaha Kesehatan Sekolah, dan
Palang Merah Remaja.
Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata
pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B
yang terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya
dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh
pemerintah daerah. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu
sesuai dengan kebutuhan peserta didik pada satuan pendidikan tersebut.
Beban
belajar dinyatakan dalam
jam belajar setiap
minggu untuk masa
belajar selama satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan
III masing-masing 30, 32, 34
sedangkan untuk kelas
IV, V, dan
VI masing-masing 36
jam setiap minggu. Jam belajar
SD/MI adalah 35 menit.
Dengan
adanya tambahan jam
belajar ini dan
pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru
memiliki keleluasaan waktu
untuk mengembangkan proses pembelajaran yang
berorientasi siswa aktif.
Proses pembelajaran siswa
aktif memerlukan waktu yang
lebih panjang dari
proses pembelajaran penyampaian informasi karena
peserta didik perlu
latihan untuk mengamati,
menanya, mengasosiasi, dan berkomunikasi. Proses
pembelajaran yang dikembangkan menghendaki kesabaran
guru dalam mendidik
peserta didik sehingga
mereka menjadi tahu, mampu
dan mau belajar
dan menerapkan apa
yang sudah mereka pelajari di lingkungan sekolah dan
masyarakat sekitarnya. Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru
melakukan penilaian proses dan hasil belajar.
B.
Kebijakan
dan Kurikulum Sekolah Dasar di Brunei Darussalam
1.
Kebijakan
Sekolah Dasar di Brunei Darussalam
a.
Scorecard Pendidikan
Tabel 2.4
Tingkat partisipasi di SD adalah 97,58% pada tahun
2011. Perbandingan siswa dengan guru untuk sekolah dasar adalah 11,34: 1 pada
tahun 2011 adalah yang terbaik untuk kawasan ASEAN. Tingkat keberlanjutan untuk
sekolah dasar sangat tinggi yaitu 100% pada tahun 2011.
Indeks pendidikan di Brunei Darussalam berada pada
peringkat 30 dari 187 negara (Human Development Report 2013, UNDP). Untuk
peringkat EDI (Education for All Development Index) Brunei berada pada posisi
43 dari 113 negara (EFA Global Monitoring Report 2015). Sedangkan untuk
peringkat HDI (Human Development Index) Brunei berada pada posisi 31 dari 188
negara (Human Development Report 2015).
b.
Ikhtisar
Sistem Pendidikan
Seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.5, struktur
sekolah umum Brunei Darussalam sesuai dengan pola 6-5-2 pola, yaitu enam tahun sekolah
dasar, lima tahun sekolah menengah dan dua tahun studi pra-universitas. Menurut
Undang-Undang Wajib Belajar 2011, semua anak usia 6 sampai 15 tahun harus
menerima setidaknya 9 tahun pendidikan. Sekolah non-pemerintah sekitar 30% dari
semua sekolah, dan sejak tahun 1992, dengan pengecualian dari dua sekolah
internasional, mereka telah diminta untuk mengikuti kurikulum dan struktur
program Sistem Pendidikan Nasional.
Tabel 2.5
c.
Kebijakan
Sekolah Dasar
Program utama diajarkan secara bilingual. Bahasa Melayu
digunakan sebagai pengantar untuk beberapa mata pelajaran, termasuk Bahasa
Melayu, Pengetahuan Agama dan Kebangsaan, dan bahasa Inggris digunakan untuk yang
lainnya, termasuk bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan dan mata
pelajaran TIK. Pada akhir pendidikan dasar, siswa mengikuti ujian Penilaian
Sekolah Dasar, yang menentukan kesiapan mereka untuk maju ke sekolah menengah.
Hasil tes juga digunakan untuk mengalokasikan siswa untuk program sekolah
menengah yang terbaik yang cocok dengan kecepatan belajar, kemampuan dan
kecenderungan akademis mereka.
Di bawah SPN21, studi di sekolah dasar jatuh dalam
delapan bidang studi utama: bahasa, matematika, ilmu pengetahuan, humaniora dan
ilmu sosial, seni dan budaya, teknologi, kesehatan dan pendidikan jasmani, dan
pengetahuan agama Islam dan Melayu Islam Monarki (filosofi inti Brunei
Darussalam yang menggabungkan cinta negara, menghormati penguasa, penegakan
nilai-nilai Islam, pandangan positif pada pembangunan nasional, dan
pengembangan tanggung jawab pribadi sebagai anggota masyarakat). Pengembangan
keterampilan berpikir dan melek ICT juga ditekankan.
Siswa dengan kebutuhan khusus didukung dengan dua
rencana: Rencana Pendidikan Individu (IEP) dan Rencana Pendidikan Remedial
(REP). IEP membantu siswa yang tingkat kebutuhannya tertentu sehingga
modifikasi kurikulum dan perubahan strategi pengajaran dan pembelajaran
diperlukan. REP lebih berfokus pada kebutuhan siswa dengan kesulitan belajar
membaca, menulis dan matematika.
d.
Tantangan
1)
Pembiayaan
Negara dengan ekonomi kuat seperti Brunei
Darussalam memastikan bahwa sistem pendidikan tidak mengalami kekurangan serius
dalam pendanaan. Negara memberikan 12 tahun pendidikan umum gratis untuk
anak-anak dari warga negara, dan anak-anak dari non-warga negara diwajibkan
untuk membayar hanya biaya nominal untuk hadir di sekolah pemerintah. Kehadiran
di sekolah non-pemerintah membutuhkan pembayaran biaya kuliah, tapi pegawai
pemerintah daerah yang mengirim anak-anak mereka ke sekolah non-pemerintah
mungkin mendapatkan dukungan keuangan dari Pemerintah dalam bentuk tunjangan
pendidikan.
Dukungan keuangan untuk pendidikan relatif kuat di
Brunei Darussalam, dan diperkirakan 3,3% dari PDB pada tahun 2012. Pemerintah
mengalokasikan proporsi yang signifikan (16,9% pada tahun 2012) dari anggaran
tahunan untuk bidang pendidikan.
2)
Tata
Kelola dan Manajemen
Sistem pendidikan telah mengalami reformasi
kebijakan yang signifikan selama beberapa tahun terakhir. Konteks reformasi ini
adalah Visi Nasional Brunei Darussalam 2035 (atau Wawasan Negara 2035) yang diluncurkan
pada tahun 2008 dan dimaksudkan untuk memberikan pada tahun 2035, sistem
pendidikan kelas pertama yang mampu memenuhi persyaratan perubahan ekonomi. Kurikulum
SPN21 dan kerangka kerja penilaian telah memberikan cetak biru reformasi. Implikasinya
sangat luas: tujuan kurikulum lebih didasarkan pada standar; materi kurikulum
menjadi lebih bervariasi dan menggunakan lebih banyak platform multimedia dan
sumber daya; pendekatan pedagogis menjadi lebih individual dengan kebutuhan
siswa; dan praktik penilaian siswa diperluas dengan penggunaan yang lebih
liberal dari teknik penilaian formatif. Inisiatif SPN21 berusaha agar sesuai
dengan sistem sekolah untuk memenuhi kebutuhan siswa, bukan sebaliknya, seperti
pada pendekatan tradisional. Implikasi dari pendekatan baru untuk tata kelola
dan manajemen terus dipertimbangkan. Sebagian besar fokus sampai saat ini adalah
pada reformasi kurikulum dan kerangka kerja penilaian di sekolah-sekolah dan
TVET (Technical and Vocational Education
and Training). Kementerian terus membangun keahlian dan memperluas
kemampuan pemimpin sekolah dengan memberikan program-program pengembangan
profesional kepemimpinan baik secara lokal atau luar negeri.
3)
Pedagogi
Departemen Pendidikan membutuhkan tenaga pengajar
yang sangat terampil dan profesional untuk memberikan pendidikan berkualitas
tinggi. Oleh karena itu SPN21 sangat terfokus pada pedagogi. Dengan pemikiran
ini, Kementerian berinvestasi dalam tenaga pengajar dengan memberikan guru
kesempatan untuk meng-upgrade kompetensi pedagogik mereka untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. SPN21 fokus pada pendekatan yang berpusat pada siswa di
mana guru bergerak dari 'mesin penyaji pengetahuan' menjadi fasilitator.
Kementerian akan terus memberikan dukungan profesional bagi guru melalui
pengembangan profesional berkelanjutan dan kerja kolaboratif, dan memberdayakan
para guru untuk pertumbuhan profesional mereka. Setiap guru berhak mendapatkan
setidaknya 100 jam pengembangan profesional setiap tahun.
Penelitian telah menunjukkan bahwa ada hubungan
penting antara instruksi, belajar dan teknologi, dengan penekanan khusus pada
strategi instruksional untuk perbaikan yang signifikan dalam hasil siswa.
Sebuah rencana strategis yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan untuk
periode lima tahun dari 2012 diidentifikasi "memperkuat kompetensi dalam
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk siswa, guru dan administrator
pendidikan, termasuk integrasi ICT dalam proses belajar mengajar" sebagai
salah satu dari delapan arah kebijakan utama yang harus diikuti selama
tahun-tahun mendatang. Rencana strategis mendukung dan merangkul strategi e-Hijrah
(bergerak maju) untuk penggunaan sumber daya TIK dalam pendidikan, yang
diluncurkan pada tahun 2011. Strategi e-Hijrah menggambarkan instalasi jaringan
TIK yang handal dan aman untuk semua sekolah pemerintah pada tahun 2017, dimana
dalam waktu tersebut penggunaan sumber daya TIK diharapkan akan kuat tertanam
dalam kurikulum sekolah.
Beberapa tujuan dari inisiatif TIK adalah
memungkinkan manajemen yang efektif dari kegiatan belajar mengajar digital,
untuk meningkatkan praktik mengajar dan untuk meningkatkan hasil siswa dengan
desain pembelajaran yang baik. Kementerian akan menyediakan pelatihan dan
pengembangan petugas dan guru, pengembangan materi kurikulum digital, praktik
manajemen serta penelitian dan pengembangan.
Namun, seperti yang dikatakan Menteri Pendidikan
saat peluncuran inisiatif e-Hijrah Kementerian, nilai-nilai digital yang menjadi
bagian dari kehidupan Brunei harus berjalan seiring dengan filosofi Melayu
Islam Monarki. Dan bahwa generasi muda harus menggunakan TIK yang sesuai dengan
nilai-nilai tradisional inti negara, yang berjalan dengan baik sesuai dengan
panggilan yang mulia Raja untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan
nilai-nilai tradisional yang melekat dalam Visi Brunei 2035.
4)
Kesetaraan
Brunei Darussalam telah berhasil mencapai
kesetaraan gender di bidang pendidikan, seperti yang ditunjukkan oleh kesetaraan
dalam tingkat partisipasi kasar dari anak laki-laki dan perempuan dalam
pendidikan anak usia dini, primer dan sekunder. Dalam TVET, hanya sekitar 40%
dari semua siswa perempuan; tetapi pada pendidikan tinggi anak perempuan menjadi
lebih berhasil daripada anak laki-laki - pada tahun 2009, proporsi lulusan
pendidikan tinggi perempuan lebih tinggi dari proporsi lulusan pendidikan
tinggi laki-laki di semua bidang studi, kecuali untuk engineering.
Selama dua dekade terakhir, Brunei Darussalam
telah menerapkan serangkaian inisiatif tentang pendidikan inklusif. Selama
pertengahan 1990-an, program pendidikan guru pre-service secara luas direformasi untuk memberikan perhatian yang
jauh lebih besar untuk metode yang lebih inklusif dalam mengajar anak-anak dengan
masalah belajar. Program pelatihan in-service
menangani pendidikan khusus diperkenalkan, dan program studi pendidikan khusus
telah dikembangkan. Selain itu, MOE telah memperkenalkan skema untuk melatih guru
pendamping Pendidikan Khusus untuk memenuhi kebutuhan belajar anak-anak dengan
kebutuhan khusus. Ratusan guru ini sekarang bekerja di sekolah-sekolah di
seluruh Brunei Darussalam. Meskipun dengan tingkat komitmen yang signifikan,
mempertahankan pasokan guru pendamping Pendidikan Khusus tetap menjadi tantangan
bagi sistem pendidikan Brunei Darussalam.
Dari catatan tambahan adalah bahwa Kementerian
juga memberikan bantuan kepada siswa kurang mampu seperti skema makan (sarapan
dan makan siang), dukungan keuangan untuk bahan sekolah, dan akomodasi asrama.
2.
Kurikulum
Sekolah Dasar di Brunei Darussalam
a.
Kurikulum
Sistem Pendidikan Nasional Abad 21 (SPN 21)
Kurikulum sekolah dan penilaian merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan. Kurikulum sekolah didefinisikan sebagai
himpunan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa yang diperlukan
untuk mencapai tujuan pendidikan di Brunei Darussalam. Dalam kurikulum
ditetapkan kerangka yang jelas untuk mengajar dan belajar sebagai
dicita-citakan oleh visi dan misi pendidikan negara. Dalam hal ini ditetapkan
apa yang harus diketahui dan dilakukan oleh siswa. Siswa menjadi pembelajar
seumur hidup yang percaya diri dan kreatif, terhubung, dan secara aktif
terlibat. Nilai-nilai yang harus didorong, dijadikan model, dan dieksplorasi
perlu ditetapkan. Kinerja siswa akan dinilai dan dilaporkan. Kurikulum memberikan
guru, siswa, orang tua, pengusaha dan masyarakat pemahaman yang jelas dan
berbagi pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang bisa diperoleh di
sekolah. Siswa ditawarkan untuk belajar secara efektif dan semenarik mungkin,
dan mendukung mereka untuk mencapai potensi tertinggi mereka dan menjadi warga
negara yang sukses dari Brunei Darussalam di abad kedua puluh satu.
Kurikulum sekolah dan penilaian akan
mengoperasionalkan strategi pengembangan dan desain kunci untuk pendidikan
berkualitas seperti digambarkan dalam dokumen pendidikan melalui penyediaan
kurikulum yang seimbang, relevan, dibedakan dan dinamis. Hal ini akan dicapai
melalui penyediaan kurikulum yang terdiri dari 8 bidang studi utama. Bidang
pembelajaran utama menyediakan domain pengetahuan yang luas dalam pengembangan
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai.
Ujian akhir SD di Brunei disebut Penilaian Sekolah
Rendah (PSR). Semua mata pelajaran diujikan dalam bahasa Inggris, kecuali untuk
ujian bahasa Melayu. Mata pelajaran dan durasinya ditunjukkan oleh tabel di
bawah ini:
Tabel
2.6
No.
|
Mata Pelajaran
|
Durasi
|
Keterangan
|
1
|
Bahasa Inggris
|
150 menit
|
2
jenis, masing-masing 90 dan 60 menit.
|
2
|
Matematika
|
120 menit
|
2
jenis, masing-masing 60 menit.
|
3
|
Bahasa Melayu
|
105 menit
|
2
jenis, masing-masing 45 dan 60 menit.
|
4
|
Science
|
100 menit
|
2
jenis, masing-masing 40 dan 60 menit
|
Untuk matematika, sebuah tes yang disusun oleh
sekolah (Tes Komputasi Mental) menyumbangkan 10% dari skor, sedangkan tes
matematika menyumbangkan 90% skor. Item tes terdiri dari soal pilihan ganda
dengan 3 atau 4 pilihan jawaban, isian, dan uraian (essay writing).
b.
Organisasi
Kompetensi
Pendidikan sekolah sejak Brunei Darussalam merdeka
penuh dan sebelumnya, telah memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan
ekonomi dan sosial negara. Produk-produk dari sistem pendidikan harus mampu
memenuhi sebagian besar kebutuhan tenaga kerja dari negara. Sebagian besar harmoni
sosial, perdamaian dan ketenangan yang dinikmati di negeri ini dapat dikaitkan
dengan sistem pendidikan yang telah ditanamkan nilai-nilai ini.
Fitur utama dari kurikulum sekolah yang ada adalah
sebagai berikut:
1)
Kurikulum
sekolah telah ditandai dengan koleksi pelajaran sekolah dan silabus diproduksi
oleh Departemen Pengembangan Kurikulum serta Komite Silabus dan Textbook. Pemeriksaan umum,
bagaimanapun, dikelola oleh Departemen Pemeriksaan.
2)
Perhatian
yang lebih besar diberikan kepada perluasan pendidikan untuk semua. Dengan
perluasan pendidikan untuk semua, memenuhi kebutuhan murid dari berbagai
kemampuan menjadi penting. Oleh karena itu kejuruan dan pendidikan teknis
diperluas untuk menanggapi perubahan ini.
3)
Departemen
Pengembangan Kurikulum terlibat dalam karya yang merespon kebutuhan dan
persyaratan dari Departemen Pendidikan dalam memberikan pendidikan kepada semua
tingkatan dan kelompok. Perbaikan dan penyesuaian dibuat untuk kurikulum subjek
yang ada dalam menanggapi perubahan sosial dan kebutuhan. Kurikulum baru
dikembangkan untuk kewarganegaraan, sejarah, ilmu pengetahuan dan matematika.
Banyak proyek diperkenalkan untuk lebih meningkatkan pengajaran dan
pembelajaran di sekolah. Proyek RELA untuk belajar bahasa Inggris dan proyek
berpikir Cort adalah contoh dari proyek-proyek tersebut.
Gambar 2.1
Kelas 1-3 penekanan pada pengembangan sosial-emosional
dan pengembangan kepribadian yang akan memungkinkan peserta didik untuk:
1) menguasai keterampilan
dasar dalam membaca, menulis dan berhitung dan mengembangkan minat dalam
kebiasaan membaca
2) mengembangkan
keterampilan sosial dan sikap kooperatif, saling menghormati orang lain,
kemampuan penalaran dan pemecahan masalah keterampilan
3)
dilengkapi
dengan keterampilan dasar memanfaatkan ICT untuk belajar
4) terlibat
dalam menjelaskan konsep, mengenali obyek dan ide-ide, dan dalam karya kreatif.
Kelas 4-6 penekanan pada endidikan umum,
konsolidasi keterampilan, pengembangan bakat dan minat, kepribadian, sikap dan
nilai-nilai yang bertujuan memungkinkan peserta didik untuk:
1)
belajar
mandiri;
2)
menjadi
percaya diri dalam menerapkan TIK dalam pembelajaran;
3) mengembangkan
kemampuan untuk penalaran, pemecahan masalah, aplikasi pengetahuan dan kreativitas;
4)
menguasai
Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris;
5)
mengalami
semua pengembangan di arena akademik, sosial dan budaya.
6)
menguasai konsep
dasar dalam semua bidang pelajaran utama;
7)
mengembangkan
cinta yang mendalam bagi negara Brunei Darussalam dan pemahaman yang baik
dengan filosofi MIB
8)
mengembangkan
kesadaran kesehatan,
9)
mengembangkan
minat dalam seni dan apresiasi estetika
c.
Fokus
Pembelajaran
Kurikulum SPN-21 akan memastikan bahwa dalam
wilayah pembelajaran yang luas siswa akan mengembangkan keterampilan penting,
pengetahuan dan pemahaman dengan sikap dan nilai-nilai yang tepat untuk
memastikan pembangunan holistik. Siswa akan mempelajari isi dalam konteks
keterampilan abad ke-21.
1)
Pengetahuan
dan Pemahaman
Pengetahuan dan pemahaman mencakup subjek disiplin berbasis konten untuk
memastikan siswa memiliki dasar yang baik dalam konten di berbagai bidang
studi.
2)
Keterampilan
Penting
Keterampilan penting yang tercantum di bawah telah diidentifikasi sebagai
keterampilan untuk Abad ke-21 yang bila dikombinasikan dengan pengetahuan yang
relevan dan penanaman sikap dan nilai-nilai yang tepat, akan memberikan dasar
untuk belajar sepanjang hayat dan kerja di dunia progresif dan menantang.
Keterampilan tersebut antara lain :
a) keterampilan berkomunikasi,
b) keterampilan berhitung,
c) keterampilan menggunakan TIK,
d) keterampilan berpikir dan pemecahan masalah,
e) manajemen diri dan keterampilan kompetisi,
f) keterampilan belajar dan bekerja,
g) keterampilan sosial,
h) keterampilan fisik, dan
i)
keterampilan
estetika.
d.
Struktur
Kurikulum dan Beban Belajar
SPN 21 Kurikulum menentukan delapan bidang studi
utama yang menjelaskan dalam arti luas pengetahuan dan pemahaman bahwa semua
siswa perlu mendapatkannya. Delapan bidang pembelajaran tersebut adalah:
1)
Bahasa,
2)
Matematika,
3)
Ilmu Sosial
dan Humaniora,
4)
Sains,
5)
Seni dan
Budaya,
6)
Teknologi,
7)
Pengetahuan
Agama Islam dan Melayu Islam Monarki, dan
8)
Kesehatan dan
Pendidikan Jasmani.
Semua area belajar kunci bertujuan memelihara
peserta didik sehingga mereka menjadi individu yang seimbang secara intelektual,
spiritual, emosional dan fisik. Penggambaran dari bidang studi utama telah memperhitungkan
kebutuhan budaya, sosio-ekonomi dan teknologi Brunei Darussalam. Subjek yang
berasal dari daerah-daerah belajar untuk tiga tingkat, prasekolah, primer dan
sekunder. Delapan bidang studi utama telah disediakan struktur untuk mengatur
kurikulum menjadi beberapa bagian yang mencakup mata pelajaran, modul, dan
proyek karya yang membelah daerah pembelajaran.
Bagan model pengembangan kurikulum nasional di
Brunei ditunjukkan oleh gambar 2.2.
Gambar 2.2
Gambar 2.2: Mata Pelajaran yang diajarkan di kelas
1-3
Peserta didik diminta untuk mempelajari semua mata
pelajaran inti dan mata pelajaran wajib.
1)
Mata
Pelajaran Inti
2)
Mata
Pelajaran Wajib
Catatan:
Elemen kewarganegaraan, kewirausahaan dan IPS akan diintegrasikan ke dalam
sesuai tema / topik.
MIB, keterampilan ICT dan berpikir akan diterapkan di seluruh kurikulum.
Gambar 2.3: Mata Pelajaran yang diajarkan di kelas
4-6
Peserta didik diminta untuk mempelajari semua mata
pelajaran inti dan mata pelajaran wajib.
1)
Mata
Pelajaran Inti
2)
Mata
Pelajaran Wajib
Catatan:
Unsur kewirausahaan akan diintegrasikan ke dalam sesuai tema / topik dalam
mata pelajaran yang dipilih. MIB,
keterampilan ICT dan berpikir akan diterapkan di seluruh kurikulum.
C.
Persamaan
dan Perbedaan Kebijakan dan Kurikulum Sekolah Dasar antara Indonesia dengan
Brunei Darussalam
1.
Persamaan
a.
Pendidikan
sama-sama diarahkan untuk mengaktifkan siswa. Apabila dulu pembelajaran
seringkali berpusat pada guru (teacher
centered learning), sekarang pembelajaran diarahkan berpusat pada siswa (student centered learning).
b.
Pembelajaran
tidak hanya diarahkan pada ranah kognitif, tetapi juga afektif, dan
psikomotorik. Tantangan yang dihadapi kedua negara ini adalah mengarahkan siswa
agar memiliki keterampilan berpikir (problem
solving) yang baik.
2.
Perbedaan
a.
Scorecard Pendidikan
Perbandingan yang digunakan adalah data terakhir
(tahun 2011) dari ASEAN State Education
Report 2013. Perbandingan tersebut digambarkan dalam Tabel 2.6.
Tabel 2.6
Aspek
|
Indonesia
|
Brunei Darussalam
|
Angka Partisipasi Murni SD
|
95,55%
|
97,58%
|
Rasio Murid-Guru
|
19,68 : 1
|
11,34 : 1
|
Angka Keberlanjutan SD
|
95,3%
|
100%
|
Peringkat Indeks Pendidikan
|
108
|
30
|
Peringkat EDI
|
68
|
43
|
Peringkat HDI
|
110
|
31
|
Dari data di atas tampak bahwa skor pendidikan
sekolah dasar untuk Brunei lebih tinggi dari Indonesia, baik dalam angka
partisipasi murni, rasio murid-guru, maupun angka keberlanjutan sekolah dasar.
b.
Sistem
Pendidikan
Struktur sekolah umum di Indonesia menggunakan
pola 6-3-3, yaitu enam tahun sekolah dasar, tiga tahun menengah, dan tiga tahun
studi menengah atas. Sekolah swasta 'nasional plus' dapat atau boleh melampaui persyaratan
minimum kurikulum pemerintah, terutama dalam penggunaan bahasa Inggris, atau
mereka memiliki kurikulum internasional. Sedangkan struktur sekolah umum Brunei
Darussalam menggunakan pola 6-5-2 pola, yaitu enam tahun sekolah dasar, lima
tahun sekolah menengah dan dua tahun studi pra-universitas. Sejak tahun 1992,
dengan pengecualian dari dua sekolah internasional, mereka telah diminta untuk
mengikuti kurikulum dan struktur program Sistem Pendidikan Nasional.
c.
Kebijakan
Manajemen Guru
Pada tingkat pendidikan dasar, di Indonesia masuk
ke perguruan tinggi pelatihan guru membutuhkan kelulusan dari kelas XII,
sedangkan di Brunei Darussalam, siswa sudah memenuhi syarat setelah lulus dari kelas
X atau XI. Perbandingan tersebut terlihat pada tabel 2.7 di bawah ini.
Tabel 2.7
Sumber : UNESCO Bangkok Staff
Di Indonesia, untuk masuk kuliah pada jurusan
pendidikan guru terdapat tes masuk yang harus dilalui. Sebagian guru juga harus
mengalami masa prabakti sebelum benar-benar menjadi guru tetap. Sedangkan di
Brunei Darussalam, tidak ada tes masuk untuk kuliah di jurusan keguruan. Di
sana gaji guru cukup besar. Semua diangkat menjadi pegawai kerajaan. Sedangkan
di Indonesia terjadi kesenjangan gaji yang sangat besar antara guru negeri
(Pegawai Negeri Sipil) dengan guru wiyata bakti.
d.
Kurikulum
Sekolah Dasar
Perbedaan secara umum antara kurikulum sekolah
dasar di Indonesia dengan Brunei Darussalam digambarkan pada tabel 2.8.
Tabel 2.8
No.
|
Aspek
|
Indonesia
|
Brunei Darussalam
|
1.
|
Kurikulum
|
Kurikulum 2013
|
SPN 21
|
2.
|
Mata Pelajaran
|
1) Bahasa Indonesia
2) Matematika,
3) Ilmu Pengetahuan Alam,
4) Ilmu Pengetahuan Sosial,
5) Seni,
6) Pendidikan Jasmani,
7) Agama (terutama Islam), dan
8) Muatan Lokal.
|
1) Bahasa,
2) Matematika,
3) Sains
4) Ilmu Sosial dan Humaniora,
5) Seni dan Budaya,
6) Teknologi,
7) Pengetahuan Agama Islam dan Melayu Islam
Monarki, dan
8) Kesehatan dan Pendidikan Jasmani.
|
3.
|
Bahasa Pengantar
|
Bahasa Indonesia
|
Bilingual (bahasa Inggris dan bahasa Melayu)
|
4.
|
Kedudukan
Information and Communi-cations Technology
(ICT)
|
TIK diajarkan sebagai salah satu ekstrakurikuler
dan bersifat tidak wajib.
|
TIK merupakan mata pelajaran wajib dan sangat
ditekankan penggunaannya pada semua mata pelajaran.
|
5.
|
Kedudukan Bahasa Inggris
|
Diajarkan sebagai ekstrakurikuler dan bersifat
tidak wajib.
|
Digunakan sebagai pengantar dalam mata pelajaran
Bahasa (disamping bahasa Melayu), Matematika, Sains, Ilmu Sosial dan
Humaniora.
|
6.
|
Mata Pelajaran Agama
|
Mata pelajaran agama bersifat wajib di sekolah
dasar. Mata pelajaran ini disesuaikan dengan agama masing-masing siswa. Ada
mata pelajaran agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha.
|
Pengetahuan Agama Islam dan Melayu Islam Monarki
di Brunei bersifat wajib, baik bagi siswa yang beragama Islam maupun yang
beragama non-Islam.
|
7.
|
Mata Pelajaran yang diujikan pada Ujian Akhir Sekolah
Dasar.
|
Matematika, IPA, Bahasa Indonesia.
|
Bahasa Inggris, Matematika, Bahasa Melayu, Science.
|
8.
|
Pendidikan Khusus
|
Bentuk layanan pendidikan khusus di Indonesia
dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah segregasi (ekslusi) dan yang kedua
adalah layananp pendidikan terpadu / integrasi
(inklusi).
|
Siswa dengan kebutuhan khusus didukung dengan
dua rencana: Rencana Pendidikan Individu (IEP) dan Rencana Pendidikan
Remedial (REP). IEP membantu siswa yang tingkat kebutuhannya tertentu
sehingga modifikasi kurikulum dan perubahan strategi pengajaran dan
pembelajaran diperlukan. REP lebih berfokus pada kebutuhan siswa dengan
kesulitan belajar membaca, menulis dan matematika.
|
e.
Permasalahan
dan Tantangan dalam Pendidikan
Tantangan utama yang dihadapi Indonesia adalah
akses dan pemerataan pendidikan. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia sangat
luas dengan wilayah geografis yang sangat beragam, sehingga merupakan tugas
yang berat untuk menyediakan akses pendidikan bagi anak-anak di wilayah
terpencil. Mutu, daya saing, tata kelola, dan fenomena bonus demografi juga
menjadi masalah yang penting untuk segera ditanggulangi. Dari segi pembiayaan,
pemerintah sudah mengalokasikan 20% dari APBD untuk pendidikan. Akan tetapi
anggaran ini masih termasuk gaji dan tunjangan guru. Pemerintah mengalami
kendala terbatasnya biaya pendidikan.
Bank Dunia mengklasifikasikan Brunei sebagai
negara 'berpenghasilan tinggi'. Kekayaan negara berasal terutama dari minyak
mentah dan produksi gas alam, tetapi pasokan komoditas ini tak terbarukan dan
Brunei Darussalam sekarang berinvestasi sangat dalam sistem pendidikan dengan
tujuan untuk mengamankan masa depan bangsa dalam ekonomi global. Karena alasan
tersebut pembiayaan dalam sektor pendidikan tidak menjadi masalah bagi negara
ini. Pendidikan gratis untuk semua level, termasuk perguruan tinggi. Pemerataan
dan akses pendidikan sudah sangat tinggi. Tantangan utama bagi pemerintah
Brunei saat ini adalah meningkatkan mutu pendidikan. Brunei mengadopsi sistem
pendidikan dari negara Inggris yang dianggap terbaik. Buku teks untuk beberapa
mata pelajaran diimpor dari Singapura karena dianggap memiliki kualitas yang
lebih baik.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Kualitas pendidikan di negara Brunei memang lebih
baik daripada di Indonesia.
2. Kebijakan di Brunei lebih diarahkan pada
peningkatan kualitas pendidikan. Sedangkan Indonesia masih menghadapi masalah
pemerataan dan akses pendidikan, mutu dan daya saing, tata kelola pendidikan, serta masalah
pembiayaan pendidikan.
B. Saran
Pelajaran utama dalam kebijakan di bidang pendidikan yang
dapat diambil dari negara Brunei Darussalam antara lain :
1. Perhatian yang besar pada dunia pendidikan.
2. Investasi utama Brunei pada peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia.
3. Sumber Daya Alam (SDA) kita terbatas, seharusnya
kita juga mengambil langkah yang sama untuk mengamankan masa depan negara
dengan berinvestasi sebesar mungkin pada pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Adeyinka,
A.A. 1994. Popular Topics
in Comparative Education
for Nigerian Tertiary Education
Students, Ilorin, Success
Education Services.
ASEAN State of Education Report 2013. 2014. Jakarta : The ASEAN
Secretariat.
Education System in ASEAN+6 Countries: A Comparative Analysis of Selected
Educational Issues. 2014. Paris : the United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization. Dapat diakses di http://www.unesco.org/open‐access/terms‐use‐ccbysa‐en
EFA Global
Monitoring Report 2015. Education for All
2000-2015: Achievements and Challenges. France : UNESCO Publishing.
Human Development Report. 2013.
United Nations Development Programme.
Human
Development Report 2015. Work for Human
Development. 2015. New York : United Nations Development Programme
Lawal B.O. 2004. Comparative
Education. Osogbo: Swift Publishers Nigeria Ltd.
Kompetensi Dasar SD/MI. 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Reviews of national Policies for Education, Education in indonesia Rising
to The Challenge. 2015. Paris : OECD Publishing.
The New 21st Century National
Curriculum Brunei Darussalam. http://www.ibe.unesco.org/curricula/brunei/bx_alfw_2008_eng.pdf diakses tanggal 24 Nopember 2016.
Thomas, R.M. 1998. Conducting
Educational Research: A Comparative View. London: Bergin and Garvey.
yang terhormat bp/ibu jika diperbolehkan saya boleh melihat beban belajar di brunei darussalam, karena di blog tidak tampak. Mengingat artikelnya menambah wawasan mengenai persandingan kurikulum sekolah dasar yang menarik.
BalasHapusterimakasih sebelumnya
salam
Mohon maaf Mbak Lisa baru saya baca komentarnya. Jika ada yang dibutuhkan email saja di allynce89@gmail.com. Terima kasih.
Hapus