Pengalaman Mengikuti Pelatihan Penulisan Artikel dari SangPengajar
Red
Chilies Hotel, 5 Mei 2019
Sudah lama saya
penasaran dengan pelatihan-pelatihan yang digelar oleh SangPengajar. Bulan
kemarin saya sangat ingin mengikuti workshop penulisan buku. Akan tetapi, karena
terus menunda mendaftar akhirnya saya kehabisan kuota dan kehilangan kesempatan
untuk belajar. Ketika mendengar kabar dari teman bahwa SangPengajar kembali membuka
pelatihan, dengan segera saya mendaftar melalui tautan yang telah dibagikan.
Beberapa hari setelah mengisi Google Form,
saya dimasukkan grup whatsapp. Setelah itu ada pemberitahuan deadline pembayaran. Sebelum hari-H, undangan,
jadwal, dan daftar peserta dalam format pdf sudah dikirimkan dengan lengkap di
grup whatsapp tersebut.
Pagi tadi (5/5) pelatihan
tersebut dilaksanakan. Diklat yang berjudul “Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah
Populer di Media Massa” yang merupakan kerja sama Jateng Pos, Kelas Literasi
Guru Jawa Tengah, dan SangPengajar.com ini diadakan di Red Chilies Hotel
Surakarta. Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh owner SangPengajar, yaitu Bapak Agus Dwianto. Pak Agus menyampaikan
bahwa pelatihan ini merupakan pelatihan angkatan ke-11 yang digelar
SangPengajar di Solo Raya dan sebanyak 1.513 guru telah dilatih.
Narasumber dari
kegiatan ini adalah Bapak Tukijo, Ketua Kelas Literasi Guru Jawa Tengah
sekaligus Duta Rumah Belajar Kemdikbud RI. Beliau menyampaikan materi
tentang literasi, teknik menulis, serta tips-tips supaya tulisan peserta bisa
dimuat di media massa. Beliau juga menyampaikan pentingnya orisinalitas sebuah
karya. “Ide tidak bisa dibeli, ide tidak bisa dicuri, jangan sekali-kali
melakukan plagiasi karena itu dapat membuat anda di-blacklist di semua media”, ungkap beliau.
Pada pelatihan kali ini
Pak Tukijo meminta salah satu peserta yaitu Pak Sutrisno, guru SMP Negeri 1
Wonogiri untuk menyampaikan pengalamannya dalam menulis artikel. Pak Sutrisno
bercerita bahwa ia menulis pertama kali pada tahun 1998 tentang Piala Thomas
& Ubber Cup. Tulisan tersebut diterbitkan dan membuat beliau semakin
semangat untuk berkarya. Pak Sutrisno memberikan trik-trik agar tulisan
diterima. Sebagai contoh ketika beliau membuat tulisan tentang Hardiknas,
jauh-jauh hari sebelum hari tersebut beliau membaca sebanyak mungkin referensi dan
mulai menulis. Tulisan tersebut harus dikirim pada saat yang tepat, misalnya
dua hari sebelum Hardiknas. Menurut
beliau, artikel yang tidak dimuat tidak boleh dibuang. Artikel tersebut dapat
diperbaiki kembali dan dikirim pada timing
yang tepat.
Karya Pak Sutrisno
jarang mendapatkan angka kredit karena judulnya terlalu umum, tetapi beliau
tidak berhenti menulis. Yang menarik, beliau mengungkapkan bahwa hasil dari
tulisan-tulisan tersebut ia rasakan pada saat membuat portofolio guru untuk sertifikasi
pendidik. Pada saat itu, beliau mengajukan 80 artikel dan semuanya mendapatkan
nilai. Namun, menurut beliau menulis pun tidak lepas dari adanya kompetitor
yang terkadang berniat menjatuhkan. Seorang kompetitor pernah copy paste artikel karya orang lain dan
menggunakan nama Pak Sutrisno untuk mengirim artikel tersebut ke sebuah media.
Setelah mendengarkan
pengalaman yang menarik dari Pak Sutrisno, kegiatan dilanjutkan dengan penulisan
artikel oleh peserta. Pak Tukijo membimbing peserta dengan sabar. Peserta yang
telah selesai dengan artikelnya mengirim artikel tersebut via whatsapp. Karya
peserta yang pertama dikirim menjadi sampel untuk dibahas bersama. Ternyata,
tulisan yang saya kira sudah baik tersebut oleh Pak Tukijo diberi banyak sekali
masukan. Para peserta diminta memperbaiki hasil karyanya kembali. Artikel yang
sudah baik akan diteruskan oleh Pak Tukijo ke redaksi Jateng Pos. Tetapi
peserta tidak perlu khawatir dan terburu-buru. Artikel peserta tetap akan
diterima sampai bulan Desember tahun ini sehingga peserta punya cukup banyak waktu.
Jaminan didampingi hingga tulisan terbit pun terasa sangat melegakan.
Sebagai seorang penulis
pemula, pelatihan ini sangat bermanfaat bagi saya. Bertemu dengan banyak orang
hebat dan mendengarkan pengalaman mereka sangat menginspirasi. Saking
terinspirasinya, meskipun malam ini, selesai sholat tarawih tubuh terasa lelah,
semangat untuk menuliskan pengalaman selagi masih hangat sangat menggebu-gebu.
Mudah-mudahan saya nanti juga dapat menulis artikel yang cukup baik untuk
dimuat di Jateng Pos. Aamiin
Semangat Bu guru
BalasHapusTerima kasih Pak/Bu
HapusLuarrrrr biasa. Tulisannya mengalir, renyah, dan enak dibaca.
BalasHapusLanjutkan, Bu
Terima kasih Pak Agus Dwianto atas ilmu dan motivasinya. Jadi semangat untuk berlatih menulis.
Hapus