PENDIDIKAN ORANG DEWASA (ANDRAGOGI)


PEMBAHASAN

A.    Definisi Pendidikan Orang Dewasa atau Andragogi
Malcolm Shepherd Knowles (1913-1997) adalah seorang pendidik Amerika yang terkenal karena penggunaan istilah Andragogi sebagai sinonim dengan pendidikan orang dewasa. Menurut Malcolm Knowles, andragogi adalah seni dan ilmu pembelajaran orang dewasa, sehingga andragogi mengacu pada segala bentuk pembelajaran orang dewasa (Kearsley, 2010). Andragogi, diusulkan oleh Malcolm Shepard Knowles pada tahun 1968. Sebelumnya, banyak penelitian dan perhatian telah diberikan pada konsep pedagogi atau mengajar anak-anak. Knowles mengakui bahwa ada banyak perbedaan dalam cara orang dewasa belajar dibandingkan dengan anak-anak. Pikirannya seputar andragogi berusaha memanfaatkan gaya belajar yang unik dan kekuatan pelajar dewasa (Merriam, 2001).

Gambar 1. Malcolm Shepard Knowles


Istilah andragogi dapat dianggap setara dengan istilah pedagogi. Andragogi dalam bahasa Yunani berarti pemimpin manusia dibandingkan dengan pedagogi, yang dalam bahasa Yunani berarti pemimpin anak. Namun, perlu dicatat bahwa istilah pedagogi telah digunakan sejak zaman Yunani Kuno, sementara Alexander Kapp, seorang pendidik Jerman, pertama kali menggunakan istilah andragogi pada tahun 1833 (Loeng, 2017). Andragogi-nya Kapp bukan teori tentang bagaimana orang dewasa belajar atau bagaimana pengajaran orang dewasa harus dilakukan. Bagi Kapp, andragogi adalah istilah untuk pendidikan di masa dewasa, secara harfiah, “pendidikan untuk pria”. Apa yang dia lakukan adalah untuk membenarkan perlunya pendidikan untuk orang dewasa, dan menggambarkan kualitas yang penting untuk dikembangkan, baik secara umum maupun untuk berbagai pekerjaan yang dipilih.
Suprijanto (2007) memberikan definisi yang sangat detail tentang andragogi. Menurutnya, pendidikan orang dewasa merupakan keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan, metodenya baik formal dan tidak, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas.
Pendidikan orang dewasa, terdiri dari semua bentuk dari pendidikan yang memperlakukan peserta atau siswa sebagai orang dewasa, yaitu orang yang cakap, berpengalaman, bertanggung jawab, dewasa, dan seimbang (Rogers 1996, Tight 2004). Kata dewasa tersebut dapat merujuk pada suatu tahapan dalam siklus hidup individu; pertama-tama dia adalah seorang anak, kemudian seorang remaja, kemudian seorang dewasa. Hal ini dapat merujuk pada status, penerimaan oleh masyarakat bahwa orang yang bersangkutan telah menyelesaikan masa novisiatnya dan sekarang dimasukkan sepenuhnya ke dalam komunitas. Ini dapat merujuk ke sub-set sosial: orang dewasa berbeda dari anak-anak. Atau itu bisa mencakup seperangkat cita-cita dan nilai-nilai: dewasa. (Rogers 1996, Tight 2004). Di Indonesia, ada beberapa aturan hukum yang mengatur tentang batas usia dewasa di Indonesia, diantaranya: (1) Pasal 330 KUHPerdata, usia 21 tahun atau sudah menikah; Pasal 47 (1) UU Perkawinan, usia 18 Tahun; Pasal 63 (1) UU Administrasi Penduduk, 17 tahun atau sudah menikah.


B.       Fungsi dan Tujuan Pendidikan Orang Dewasa
Suprijanto (2007) menyatakan bahwa fungsi dasar pendidikan orang dewasa adalah instruksi, konseling, pengembangan program dan administrasi. Proses pengembangan program melibatkan penilaian pada kebutuhan pelajar, membuat dan mengeksekusi keputusan yang diperlukan dalam aktivitas belajar untuk memosisikan dan mengevaluasi hasil. Keunikan dan keterpusatan fungsi pengembangan program dalam pendidikan orang dewasa berasal dari perbedaan tujuan dan kebutuhan pendidik orang dewasa. Sebuah upaya dilakukan untuk mempertemukan bermacam-macam perubahan individu dan kebutuhan kelompok walaupun berupa program jangka pendek. Hal ini mengikuti pernyataan bahwa pendidikan orang dewasa lebih distandarisasi seperti dalam program remidi atau kesempatan kedua yang menyejajarkan kurikulum pendidikan remaja, dan fungsi pengembangan program tidaklah begitu penting.
Menurut Suprijanto (2007) tujuan pendidikan orang dewasa yaitu: (1) membantu pelajar mencapai suatu tingkatan kebahagiaan dan makna hidup, (2) membantu pelajar memahami dirinya sendiri, bakatnya, keterbatasannya dan hubungan  interpersonalnya, (3) membantu mengenali dan memahami kebutuhan lifelong education, (4) memberikan kondisi dan kesempatan untuk membantu mencapai kemajuan proses pematangan secara spiritual, budaya, fisik, politik dan kejujuran, (5) memberikan kemampuan melek huruf, keterampilan kejujuran dan kesehatan bagi orang dewasa yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk belajar.


C.      Karakteristik Belajar Orang Dewasa
Pada tahun 1980, Knowles membuat empat asumsi tentang karakteristik pelajar dewasa yang berbeda dari asumsi tentang pelajar anak. Pada tahun 1984, Knowles menambahkan asumsi kelima. Asumsi-asumsi tersebut yaitu: (1) Konsep Diri. Ketika seseorang matang, konsep dirinya bergerak dari kepribadian yang bergantung pada seseorang menjadi manusia yang mandiri. (2) Pengalaman Pembelajar Dewasa. Ketika seseorang dewasa dia mengumpulkan kumpulan pengalaman yang berkembang yang menjadi sumber belajar yang semakin meningkat. (3) Kesiapan untuk Belajar. Ketika seseorang matang kesiapannya untuk belajar menjadi semakin berorientasi pada tugas-tugas perkembangan peran sosialnya. (4) Orientasi ke Belajar. Ketika seseorang matang, perspektif waktunya berubah dari salah satu aplikasi pengetahuan yang ditunda menjadi aplikasi yang cepat. Sebagai hasilnya, orientasinya terhadap pembelajaran bergeser dari salah satu yang berpusat pada subjek ke yang berpusat pada masalah. (5) Motivasi belajar. Ketika seseorang dewasa, motivasi untuk belajar adalah internal (Knowles 1984: 12).
Menurut Suprijanto (2007), karakteristik pendidikan orang dewasa yaitu: (1) Memiliki lebih banyak pengalaman hidup. (2) Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Orang dewasa termotivasi untuk belajar karena ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan berprestasi secara personal, keputusan dan perwujudan diri. (3)  Banyak peranan dan tanggung jawab yang dimiliki yang menimbulkan persaingan terhadap permintaan waktu antar setiap peranan yang ia miliki. Menyebabkan keterbatasan waktu untuk belajar. Penting bagi pendidik orang dewasa untuk memiliki sensitifitas dan memahami adanya persaingan penggunaan waktu. (4) Kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka miliki untuk belajar kembali. Kepercayaan-kepercayaan yang tidak benar tentang belajar, usia lanjut dan faktor fisik juga dapat meningkatkan ketidakpercayaan diri orang dewasa untuk kembali belajar. (5) Pengalaman dan tujuan hidup orang dewasa lebih beragam daripada para pemuda. Dan hal ini dapat dijadikan suatu kekuatan yang positif yang dapat dimanfaatkan melalui pertukaran pengalaman dikalangan pembelajar orang dewasa. (6) Makna belajar bagi orang dewasa. Belajar adalah suatu proses mental yang terjadi dalam benak seseorang yang melibatkan kegiatan berfikir. Bagi pendidikan orang dewasa melalui pengalaman-pengalaman belajar makna belajar diberikan.



D.      Prinsip-prinsip Pembelajaran Orang Dewasa
Pada 1984, Knowles menyarankan 4 prinsip yang diterapkan pada pembelajaran orang dewasa: (1) Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi pengajaran mereka, (2) pengalaman (termasuk kesalahan) memberikan dasar untuk kegiatan pembelajaran, (3) orang dewasa paling tertarik mempelajari mata pelajaran yang memiliki relevansi dan dampak langsung terhadap pekerjaan atau kehidupan pribadi mereka, (4) pembelajaran orang dewasa lebih berpusat pada masalah daripada berorientasi pada konten. (Kearsley, 2010)
Pada tahun 2000, Billington menemukan sejumlah faktor andragogis kunci yang sangat berharga dalam membantu orang dewasa tumbuh dan jika tidak ada membuat mereka tidak tumbuh dan bahkan mengalami kemunduran. Faktor-faktor itu adalah: lingkungan kelas yang saling menghormati; kemampuan dan prestasi hidup mereka diakui; kebebasan intelektual, pembelajaran mandiri, eksperimen dan kreativitas didorong; pelajar diperlakukan secara adil dan sebagai orang dewasa yang cerdas; waktu kelas secara intelektual menantang; interaksi yang dipromosikan dengan instruktur dan antara siswa; dan umpan balik teratur dari instruktur (Henschke, 2009).
Menurut Suprijanto (2007), Pendidikan orang dewasa memiliki 10 Prinsip yang membedakannya dengan jenis pendidikan yang lain. 10 Prinsip pendidikan orang dewasa tersebut,dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien. Prinsip-prinsip tersebut dijelaskan sebagai berikut.
a.       Prinsip kemitraan
Prinsip kemitraan menjamin terjalinnya kemitraan di antara pengajar dan pelajar. Dengan demikian pelajar tidak diperlakuan sebagai murid tetapi sebagai mitra belajar sehingga hubugan yang mereka bangun bukanlah hubungan yang bersifat memerintah, tetapi hubungan yang bersifat membantu, yaitu pengajar akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu proses belajar pelajarnya.
b.      Prinsip pengalaman nyata
Prinsip pngalaman nyata menjamin berlangsungnya kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa terjadi dalam situasi kehidupan yang nyata. Kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa tidak berlangsung di kelas atau situasi yang simulatif, tetapi pada situasi yang sebenmarnya.
c.       Prinsip kebersamaan
Prinsip kebersamaan menuntut digunakannya kelompok dalam kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa untuk menjamin adanya interaksi yang maksimal di antara peserta dengan difasilitasi pengajar.
d.      Prinsip partisipasi.
Prinsip partisipasi adalah untuk mendorong keterlibatan pelajar secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa, dengan fasilitas dari pengajar. Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa semua peserta harus terlibat atau mengambil bagian secara aktif dari seluruh proses pembelajarn mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
e.       Prinsip keswadayaan.
Prinsip keswadayaan merupakan prinsip yang mendorong kemandirian pelajar dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan orang dewasa bertujuan untuk menghasilkan manusia yang mandiri yang mampu melakukan peranan sebagai subyek atau pelaku. Untuk itulah diperlukan prinsip keswadayaan.
f.       Prinsip kesinambungan
Prinsip yang menjamin adanya kesimambungan dari materi yang dipelajari sekarang dengan materi yang telah dipelajari di masa yang lalu dan dengan materi yang akan dipelajari di waktu yang akan datang. Dengan prinsip ini maka akan terwujud konsep pendidikan seumur hidup (life long education) dalam pendidikan orang dewasa.
g.      Prinsip manfaat
Prinsip manfaat menjamin bahwa apa yang dipelajari dalam pendidikan orang dewasa adalah ssesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh pelajar. Orang dewasa akan siap untuk belajar manakala dia menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Kesadaran terhadap kebutuhan ini mendorong timbulnya minat untuk belajar, dan karena rasa tanggung jawabnya sebagai orang dewasa maka timbul kesiapannya untuk belajar.
h.      Prinsip kesiapan
Prinsip kesiapan menjamin kesiapan mental maupun kesiapan fisik dari pelajar untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran. Orang dewasa tidak akan dapat melakukan kegiatan pembelajaran manakala dirinya belum siap untuk melakukannya, apakah itu karena belum siap fisiknya atau belum siap mentalnya.
i.        Prinsip lokalitas
Prinsip lokalitas menjamin adanya materi yang dipelajari bersifat spesifik lokal. Generalisasi dari hasil pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa akan sulit dilakukan. Hasil pendidikan orang dewasa pada umumnya merupakan kemampuan yang spesifik yang akan dipergunakan untuk memecahkan masalah pelajar pada tempat mereka masing-masing, pada saat sekarang juga. Kemampuan tersebut tidak dapat diberlakukan secara umum menjadi suatu teori, dalil, atau prinsip yang dapat diterapkan dimana saja, dan kapan saja. Hasil pembelajaran sekarang mungkin sudah tidak dapat lagi dipergunakan untuk memecahkan masalah yang sama dua atau tiga tahun mendatang. Demikian pula hasil pembelajaran tersebut tidak dapat diaplikasikan dimana saja, tetapi harus diaplikasikan di tempat pelajar sendiri karena hasil pembelajaran tersebut diiproses dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh pelajar.
j.        Prinsip keterpaduan
Prinsip keterpaduan menjamin adanya integrasi atau keterpaduan materi pendidikan orang dewasa. Rencana pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa harus meng-cover materi-materi yang sifatnya terintegrasi menjadi suatu kesatuan meteri yang utuh, tidak partial atau terpisah-pisah.


E.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Orang Dewasa
Terkait dengan faktor yang mempengaruhi pelajar dewasa dalam pendidikan orang dewasa dan berkelanjutan, Ndlovu & Moyo (2013) menyimpulkan bahwa: (1) Usia memang mempengaruhi kinerja akademik. (2) Status pernikahan siswa tidak mempengaruhi waktu yang mereka alokasikan untuk studi mereka. Namun, pelajar yang sudah menikah memiliki kinerja paling sedikit, diikuti oleh mereka yang bercerai. Peserta didik yang masih lajang memiliki kinerja tertinggi. (3) Status keuangan tidak mempengaruhi prestasi akademik mereka. (4) Kehadiran dan konsep diri memiliki korelasi positif dengan prestasi akademik. (5) Gaya belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja akademik.
Menurut Pannen dan Sadjati (2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar orang dewasa yaitu faktor kebebasan, faktor tanggung jawab, faktor pengambilan keputusan, faktor pengarahan diri sendiri, faktor psikologis, faktor fisik, faktor daya ingat, dan faktor motivasi. Faktor-faktor tersebut dijelaksaskan sebagai berikut.
a.       Faktor Kebebasan
Ciri kedewasaan adalah kebebasan atau keterikatan dengan orang lain. Dalam proses belajar, seorang dewasa cenderung berkeinginan untuk menentukan apa yang ingin dipelajarinya serta membandingkan dan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman-pengalaman belajar yang telah dimiliki sebelumnya. Selain itu orang dewasa juga dapat menilai kebenaran informasi yang mereka terima. Dengan demikian pendekatan mereka terhadap apa yang dipelajarinya adalah praktis dan mengarah pada pemecahan masalah. Yang penting bagi mereka adalah bagaimana mengaplikasikan sesuatu dan bagaimana memecahkan masalah, bukan sekedar pengetahuan dan teori-teori. Dengan demikian mereka memerlukan contoh dan noncontoh aplikasi pengetahuan dan teori dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar orang dewasa perlu disesuaikan dengan faktor kebebasan yang dimiliki orang dewasa, misalnya membebaskan untuk memilih tugas yang ingin dikerjakan, atau penugasan dengan menulis opinion paper sebagai pemecahan masalah atau suatu kasus.
b.      Faktor Tanggung Jawab
Faktor tanggung jawab membedakan sifat anak-anak dan sifat dewasa. Orang dewasa bertanggung jawab terhadap tindakannya dan dapat berdiri sendiri. Dalam hal kedewasaan, peserta didik dan pengajarnya sebenarnya sama sejajar, perbedaannya bahwa pengajar memiliki pengetahuan atau keterampilan tertentu yang belum dimiliki peserta didik. Karena sejajar tersebut maka orang dewasa cenderung ingin diperlakukan sebagai seseorang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Mereka senang dianggap sebagai sahabat yang mengerti apa yang mereka lakukan. Dengan demikian, belajar bagi orang dewasa adalah proses saling bertukar pendapat, bukan menunggu perintah atau petunjuk. Kegiatan diskusi, tanya jawab, tugas mandiri dengan ketentuan waktu yang jelas (deadlines) merupakan cara yang dapat membantu membina rasa tanggung jawab dalam proses belajar mengajar orang dewasa.
c.       Faktor Pengambilan Keputusan
Orang dewasa mampu mengambil keputusan sendiri berdasarkan sistem nilai dan pengetahuan yang dimiliki, tanpa ditentukan atau dipengaruhi oleh orang lain. Mereka dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk diri mereka. Dikaitkan dengan proses belajar orang dewasa, maka mereka tidak dapat dipaksakan untuk menerima kebenaran-kebenaran dari luar. Maka dalam penyajian bahan pelajaran kepada orang dewasa hendaklah  informasi yang disampaikan merupakan informasi yang relevan dan netral. Peran pengajar dalam hal ini adalah sebagai fasilitator yang mampu membantu dalam mengambil keputusan dan meyeleksi informasi yang diterima, terutama dalam hal-hal baru dari peserta didik.
d.      Faktor Psikologis
Dalam proses belajar orang dewasa, faktor psikologis hendaknya diperhatikan. Perlu adanya kesan bahwa siswa diterima sebagai orang dewasa yang mempunyai kebebasan berekspresi dan berkreasi  dan dihargai sebagai sahabat. Yang penting adalah pengajar dan yang diajar dapat menumbuhkan rasa saling membutuhkan, bukan saling menggurui.
e.       Faktor Fisik
Belajar orang dewasa membutuhkan situasi yang lebih bebas. Secara fisik ia membutuhkan tempat latihan yang tidak mengikat. Untuk itu tempat dan semua perlengkapan perlu diatur agar memberikan kenyamanan, menyenangkan, bersifat santai dan tidak formal, penempatan perlengkapan dan media pembelajaran yang tepat, dan kondisi ruangan. Misalnya dalam suatu ruangan jangan terlalu banyak siswa, idelanya adalah 15-20 orang dalam satu ruangan, karena dengan jumlah tersebut dimungkinkan untuk dialog, diskusi dan praktek lebih intensif.
f.       Faktor Daya Ingat
Daya ingat orang dewasa juga mempengaruhi proses belajar, terutama dalam hal menangkap atau menerima pelajaran baru, mengingat pengalaman dan pengetahuan yang sudah pernah didapat, menghadirkan kembali yang lama dan menghubungkan dengan yang baru. Daya ingat seseorang menurun jika usianya semakin lanjut, oleh sebab itu pengajar tidak seharusnya menginstruksikan unruk menghafal bahan pembelajaran yang diberikannya. Yang diperlukan adalah pengertian dan pemahaman terhadap materi, bukan cuma sekedar menghafal saja.
g.      Faktor Motivasi
Motivasi perlu diperhatikan, bahwa motivasi orang dewasa untuk mengikuti pendidikan berbeda-beda. Menurut Houle (1961), motivasi peserta pelatihan orang dewasa dapat menjadi tiga kelompok yaitu : (1) Orientasi pada Tujuan (Goal Oriented), yaitu mereka yang mementingkan penerapan dan pemanfaatan pelajaran sebagai sarana  untuk tujuan tertentu, misalnya untuk promosi dan naik pangkat. (2) Orientasi pada Kegiatan (Social Oriented), yaitu mereka yang mementingkan interaksi antar sesama peserta dan proses belajar sebagai tujuan belajar. (3) Orientasi Pada Mempelajari Ilmu (Learning Oriented), yaitu mereka yang belajar karena mereka senang belajar.
Dengan mengetahui motivasi belajar orang dewasa, maka pengajar dapat mengarahkan proses belajar mengajar dengan tepat untuk membantu mencapai tujuan belajarnya.



F.       Implikasi Bagi Proses Pendidikan
Berdasarkan uraian sebelumnya pada makalah ini dan juga pendapat dari Arif (2012), saya menyampaikan implikasi pada proses pembelajaran sebagai berikut:
a.  Iklim belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Setiap peserta diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan pandangannya tanpa ada rasa takut dipermalukan.
b.      Peserta diikutsertakan dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya.
c.       Peserta dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya.
d.      Proses pembelajaran merupakan tanggung bersama antara fasilitator dengan peserta.
e.    Evaluasi belajar dalam proses belajar secara andragogik menekankan kepada cara evaluasi diri sendiri.
f.   Proses belajar ditekankan kepada teknik yang sifatnya melibatkan pengalaman peserta sebelumnya, misalnya diskusi kelompok, metode kasus, simulasi, latihan praktik, seminar, dan sebagainya.
g.      Penekanan dalam proses belajar pada aplikasi praktis.
h.      Pendidik orang dewasa tidak berperan sebagai guru, melainkan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.



SIMPULAN

Membelajarkan orang dewasa (andragogi) tidak sama dengan membelajarkan anak-anak (pedagogi). Orang dewasa telah memiliki banyak pengalaman dalam hidupnya. Fasilitator tidak berperan sebagai guru, melainkan sebagai orang yang memberikan bantuan belajar untuk peserta. Dalam hal ini fasilitator harus memahami karakteristik belajar orang dewasa, prinsip-prinsip andragogi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar pada orang dewasa. Fasilitator juga harus memahami bahwa peserta telah memiliki banyak pengalaman dan kompetensi, hanya saja mereka belum mempelajari materi atau kompetensi yang disampaikan oleh fasilitator.




DAFTAR PUSTAKA

Arif, Z. (2012). Andragogi. Bandung: CV Angkasa.

 Henschke, J. A. (2009). “A Productive Decade of Andragogy's History and Philosophy 20002009." In Assessing and Evaluating Adult Learning in Career and Technical Education. Wang, V. [Ed]. Hangzhou, China: Zhejiang University Press.

Kearsley, G. (2010). Andragogy (M.Knowles). The theory Into practice database. Retrieved from http://tip.psychology.org.

Knowles, M. (1984). Andragogy in Action. San Francisco: Jossey-Bass.

Loeng, S. (2017). Alexander Kapp – the first known user of the andragogy concept. International Journal of Lifelong Education, 36(6), 629–643. doi:10.1080/02601370.2017.1363826.

Merriam, S. B. (2001). Andragogy and self-directed learning: Pillars of adult learning theory. Merriam, S. B. (Ed.), The new update on adult learning theory: New directions for adult and continuing education. (pp.1-13)

 Ndlovu, P. & Moyo, W. (2013). Factors Affecting Performance of Adults in Adult and Continuing Education in Nkulumane_Emganwini Area. International Journal of Asian Social Science, 2013, 3(12): 2490-2504.

Paulina Pannen dan Ida Malati Sadjati. (2006). Buku Acuan, Program Pekerti, P2P Universitas Negeri Jakarta. Artikel diakses dari  http://prasko17.blogspot.com/2012/07/7-faktor-yang-mempengaruhi-bela jar.html

Suprijanto. (2007). Pendidikan Orang Dewasa: dari teori hingga aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Tight, M. (2004). Key Concepts in Adult Education and Training 2nd Edition. New York:  RoutledgeFalmer.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Evaluasi Tema 1 Kelas 6 SD

MAKALAH HUBUNGAN ANTAR KETERAMPILAN BERBAHASA (MENYIMAK, BERBICARA, MEMBACA, DAN MENULIS)

Contoh Analisis Jurnal Internasional Kepemimpinan

KISI-KISI, SOAL, DAN KUNCI JAWABAN PENILAIAN AKHIR TAHUN (PAT) KELAS 6 KURIKULUM 2013 MUPEL PPKn, IPS, DAN SBdP

RPP KTSP Kelas 5 SD Materi Laporan Pengamatan