PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN DI FINLANDIA DAN SINGAPURA
TASK
KULIAH KE-14
MATA KULIAH PEDAGOGIK LANJUT
S3 IP UNS 2019
Singapura dan Finlandia
adalah dua negara yang menunjukkan performa kualitas pendidikan terbaik di
dunia. Lakukan perbandingan terhadap sistem pendidikan kedua negara.
1. Susunlah analisis Anda setelah
menyaksikan video-video yang disediakan.
2. Gunakan konsep aliran pendidikan dan
teori pendidikan yang sudah Anda pelajari untuk membahas perbandingan tersebut.
3. Susunlah hasil analisis dalam file DOC
atau DOCX dan submit di SPADA.
JAWABAN
Video pertama yang saya lihat adalah Singapore
- Strong Performers and Successful Reformers in Education[1]. Mengingat
wilayah Singapura yang sangat kecil, pemerintah Singapura benar-benar
menekankan peran penting yang dimainkan pendidikan dalam pembangunan bangsa. Pemerintah
Singapura memiliki filosofi bahwa tidak ada sistem pendidikan yang lebih baik
daripada kualitas pendidiknya, jadi mereka menekankan pada perekrutan guru yang
tepat. Mereka memulai dengan menetapkan standar akademik yang cukup tinggi.
Guru di Singapura direkrut dari peringkat pertama sampai ketiga dari setiap
kelompok siswa dan dari satu set teratas. Serangkaian tes dan wawancara dilakukan
untuk memastikan bahwa pemerintah merekrut guru yang bersemangat mengajar dan
peduli terhadap siswa. Para guru tersebut kemudian menjalani pelatihan yang
ketat di Intitut Nasional Pendidikan.
Setiap tahun, Singapura meluluskan sekitar 2.000 guru baru untuk sistem
sekolah. Mereka memiliki 31.000 guru dalam sistem pendidikan dan pembuat
kebijakan dengan tepat mengidentifikasi bahwa pengembangan profesional 31.000
guru di sekolah sama pentingnya dengan mempersiapkan guru baru. Guru harus
mengikuti konten dan juga pengembangan pedagogi baru. Jika guru berhenti
belajar, mereka tidak akan dapat melibatkan anak-anak secara efektif dalam
pembelajaran karena anak-anak sudah terbiasa dengan internet dan juga media
sosial.
Selain perekrutan guru yang sangat sistematis, di Singapura guru baru
juga mendapatkan dukungan berupa mentoring dari guru yang lebih senior. Guru
senior ini adalah guru profesional yang sedikitnya telah mengajar selama lima
tahun. Jadi, semacam hubungan magang di mana guru yang sudah berpengalaman
membimbing seorang guru muda dalam profesi mereka.
Profesi guru juga sangat dihargai di Singapura, sejajar dengan profesi
dokter atau pengacara. Guru memainkan peran penting dalam masyarakat. Guru juga
kunci dalam membawa perubahan. Pemerintah menganggap bahwa guru adalah sumber
daya yang paling berharga.
Video yang kedua adalah video tentang cara guru Singapura membelajarkan
matematika[2]. Video
ini difilmkan di Sekolah Dasar Our Lady of Pity RC di Wirral, Inggris.
Pelajaran kelas 4 diambil dari buku seri matematika primer 4B Maths – No Problem!. Pada saat pembuatan
film, anak-anak dalam video telah menggunakan buku teks Maths – No Problem! selama dua setengah tahun. Pengajar dalam video
ini adalah Dr. Yeap Ban Har yang menggunakan pemecahan langsung, bahan-bahan
dan kerja kelompok untuk mengajarkan konsep mengukur luas dalam pelajaran model
matematika Singapura di kelas 4.
Guru memulai dengan membagikan tiga persegi dan dua segitiga untuk
setiap pasang siswa. Siswa diminta membentuk berbagai macam bangun kemudian
menganalisis bangun apa yang terbentuk dan berapa jumlah sisinya. Siswa juga
diminta mencoba-coba sesuai dengan instruksi guru, misalnya membentuk dua bangun
dengan luas yang sama. Siswa membangun pengetahuannya sendiri. Dalam hal ini,
menurut saya teori belajar yang diterapkan guru adalah konstruktivisme. Konstruktivisme
melihat pembelajaran sebagai hasil dari konstruksi mental, yaitu pembelajaran
terjadi ketika informasi baru dibangun dan ditambahkan ke dalam struktur
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan individu saat ini. Siswa belajar
paling baik ketika siswa secara aktif membangun pemahaman mereka sendiri.[3]
Selanjutnya, saya akan beralih ke Finlandia. Video tentang pendidikan di
Finlandia yang saya amati yaitu The
Finland Phenomenon: The Best Education System[4] dan Finland - Strong Performers and Successful
Reformers in Education[5]. Di
Finlandia anak-anak mulai bersekolah di usia 7 tahun. Sekolah di sana memiliki
kualitas yang merata di seluruh negeri sehingga orang tua sangat percaya pada
sekolah yang paling dekat dengan rumah mereka. Sekolah berlangsung santai dan
kasual, siswa memanggil guru dengan nama pertama mereka.
Kelas di Finlandia adalah kelas kecil. Siswa di sekolah dasar sering
diajar oleh guru yang sama selama beberapa tahun sehingga membuat pola belajar
siswa mudah dimengerti. Siswa di Finlandia memiliki tanggung jawab pribadi yang
tinggi di kelas. Guru mempunyai lebih banyak waktu untuk siswa yang memerlukan
bantuan khusus. Bahkan, di Finlandia juga terdapat Rencana Pembelajaran
Individu dengan filosofi “no one that
left behind”. Jika ada siswa yang mengalami masalah, guru akan berdiskusi
untuk mengatasi secepat mungkin masalah yang dihadapi siswa. Menurut estimasi sekitar 40 hingga 50% siswa
di Finlandia memperoleh beberapa tipe intervensi khusus ketika mereka menyelesaikan
sekolah komprehensif sehingga ada ungkapan “special
education is nothing special in Finland”.
Pendidikan di Finlandia juga sangat jarang melaksanakan tes. Tes yang
lebih sedikit memungkinkan siswa untuk mengembangkan gaya belajar mereka
sendiri. Dalam tes PISA, perbedaan antara capaian siswa yang tertinggi dan
terendah di Finlandia sangat kecil. Hal ini karena Finlandia menekankan
standard yang tinggi untuk semua siswa.
Hal paling unik yang dimiliki Finlandia adalah sistem pendidikan atau
manajemen berbasis kepercayaan. Di Finlandia tidak ada inspektorat yang akan
menginspeksi guru atau sekolah. Mereka percaya bahwa orang akan bekerja lebih
baik ketika mereka dipercaya. Namun, sistem ini juga tidak terbangun begitu
saja. Mereka sangat percaya kepada guru karena guru adalah orang-orang terpilih
di Finlandia. Untuk bisa kuliah di jurusan keguruan harus memiliki nilai yang
tinggi dan lulus berbagai tes. Pendidikan keguruan juga dilaksanakan dengan
sistem yang sangat baik.
Finlandia berada pada peringkat pertama pada tes PISA di tahun 2000 dan
mempertahankan posisi mereka sebagai peringkat pertama untuk semua kategori
utama sampai tahun 2009. Salah satu faktor pendorong kesuksesan adalah semua
guru bergelar master. Untuk menjadi guru juga tidak mudah. Dari 1.600 pelamar,
hanya 10% yang diterima. Pemerintah membuat kurikulum inti, namun guru
dipercaya untuk mengembangkan sendiri kurikulum tersebut. Guru sangat fokus
pada membelajarkan siswa bagaimana caranya berpikir (teaching students how to think).
Untuk sekolah menengah atas di Finlandia, ada keseimbangan antara jalur
pendidikan vokasional dengan jalur akademik. Sekitar 40 sampai 45% siswa
memilih jalur vokasional karena mereka tahu itu akan mempersiapkan mereka untuk
pekerjaan yang bagus. Mereka juga tahu bahwa mereka tetap dapat melanjutkan ke
universitas jika menginginkannya.
Di sekolah, siswa Finlandia aktif membangun sendiri pengetahuannya.
Mereka mengerjakan proyek-proyek yang menarik. Mereka belajar marketing
menggunakan sosial media, belajar inovasi dan juga kewirausahaan. Dilihat dari
hal tersebut, teori belajar yang digunakan adalah teori belajar konstruktivisme
dan menekankan pada discovery learning. Sesuai pendapat Bruner, guru harus
memungkinkan siswa mengeksplorasi dan menemukan dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, pengajaran harus lebih dari sekadar presentasi fakta dan
penjelasan, namun perlu disuntikkan kegembiraan tentang penemuan - penemuan
keteraturan hubungan yang sebelumnya tidak dikenal dan kesamaan antara gagasan
(Bruner, 1960: 20)[6].
Perbedaan antara pendidikan di Finlandia dan Singapura dapat dilihat dari
budaya sekolah. Siswa-siswa di Finlandia terlihat sangat santai dengan pakaian
yang kasual dan kegiatan belajar yang lebih mandiri. Siswa Finlandia memiliki
cukup banyak kebebasan dan waktu untuk mengerjakan proyek-proyek mereka.
Sedangkan di Singapura, seperti kebanyakan negara-negara di Asia, siswa memakai
seragam sekolah yang rapi dan terlihat serius di dalam kelas. Jam pelajaran di
Singapura juga lebih panjang dibandingkan dengan Finlandia.
Persamaan yang sangat terlihat antara Singapura dan Finlandia yaitu menempatkan
guru sebagai kunci utama pendidikan. Masyarakat Finlandia dan Singapura sangat
mempercayai guru. Guru merupakan suatu profesi bergengsi sehingga hanya pemuda-pemuda
terbaik yang dapat menjadi guru. Dengan guru yang berkualitas tinggi, performa
siswa pun menjadi luar biasa. Hasil PISA tahun 2018 menunjukkan bahwa Singapura
berada pada peringkat ke-2, sedangkan Finlandia di peringkat ke-7 dari 77
negara[7].
[1]
Singapore - Strong Performers and
Successful Reformers in Education, 10 Feb 2012, https://www.youtube.com/watch?v=Km25TAnPbI4
[2]
Year 4 Singapore Maths Model Lesson:
Measuring Area | Maths — No Problem!,
21 Jun 2017, https://www.youtube.com/watch?v=67Bd_UVsfTU&t=226s
[3]
Alan Pritchard, Ways of Learning: Second
Edition (New York: Routledge, 2009), hlm. 17.
[4] The Finland Phenomenon: The Best Education
System, 1 Desember 2016, https://www.youtube.com/watch?v=8jJONUXGsNo&t=53s
[5] Finland - Strong Performers and Successful
Reformers in Education, 24 Januari 2012,
https://www.youtube.com/watch?v=ZwD1v73O4VI&t=4s
[6] Karl Aubrey
dan Alison Riley, Understanding &
Using Educational Theories (London: SAGE Publications Ltd, 2016), hlm.
108-109.
[7] OECD, Snapshot od Student Performance, diakses dari https://www.oecd.org/pisa/PISA-results_ENGLISH.png pada tanggal 12 Desember 2019 pukul
09.16.
Komentar
Posting Komentar