3.2.a.4.2. Forum Diskusi Eksplorasi Konsep - Pemimpin dalam Pembelajaran

Studi Kasus 1

Ibu Lilin adalah salah satu guru di SMP favorit yang selalu diincar oleh para orang tua. Sekolah tersebut juga selalu menduduki peringkat I rerata perolehan nilai UN. Murid-murid begitu kompetitif memperoleh nilai ulangan dan prestasi lainnya, dan dalam keseharian proses belajar mengajar, murid terlihat sangat patuh dan tertib. Bahkan, ada yang bergurau bahwa murid di sekolah favorit tersebut tetap antusias belajar meskipun jam kosong. 

Keadaan berubah semenjak regulasi PPDB Zonasi digulirkan.  Ibu Lilin mulai sering marah-marah di kelas karena karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen. Sering terdengar, meja guru digebrak oleh Ibu Lilin karena kondisi kelas yang susah dikendalikan. Apalagi, jika murid-murid tidak kunjung paham terhadap materi pelajaran yang Ibu Lilin jelaskan.  Seringkali, begitu keluar dari kelas, raut muka Ibu Lilin merah padam dan kelelahan.  Suatu hari, ada laporan berupa foto dari layar telepon genggam yang menunjukkan tulisan tentang Ibu Lilin menjadi bulan-bulanan murid-murid di grup WhatsApp

Beberapa murid dipanggil oleh Guru BK.  Ibu Lilin juga berada di ruang konseling saat itu, beliau marah besar dan tidak terima penghinaan yang dilontarkan lewat pesan WA murid-muridnya. Bahkan, beliau memboikot, tidak akan mengajar jika murid-murid yang terlibat pembicaraan tersebut tidak dikeluarkan dari sekolah. Kasus tersebut terdengar pula oleh guru-guru sekolah non favorit. “Saya mah sudah biasa menghadapi murid nakal dan bebal.” Kata Bu Siti, yang mengajar di sekolah non favorit. 


Pertanyaan:
Bagaimana Anda melihat kasus Ibu Lilin ini?
Hubungkan dengan segala aspek yang bisa didiskusikan dari materi modul ini, apa yang akan Anda lakukan apabila Anda sebagai Kepala Sekolah.

Jawaban:
Saya melihat kasus Ibu Lilin sebagai sebuah ketidaksiapan dalam menghadapi perubahan. Bu Lilin sudah terbiasa mengajar murid-murid yang memang pilihan karena dapat masuk sekolah favorit tersebut melalui seleksi yang ketat. Setelah zonasi, murid yang diberikan pembelajaran oleh Bu Lilin sangat beragam, baik dari segi kemampuan maupun karakteristiknya. Tidak semua murid dapat patuh dan tertib seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Bu Lilin cenderung menggunakan pendekatan berbasis kekurangan sehingga ia merasa sangat marah melihat muridnya yang sekarang. Bu Lilin secara sosial dan emosional juga mengalami kesulitan dalam pengelolaan diri dan keterampilan membangun relasi.

Jika saya menjadi kepala sekolah, saya akan memanggil Bu Lilin untuk melaksanakan pendampingana atau coaching. Bu Lilin perlu memahami sendiri permasalahan apa yang ia hadapi, apa yang perlu ia capai, alternatif-alternatif apa yang dapat menjadi solusi, apa yang seharusnya Bu Lilin lakukan, dan bagaimana ia harus melakukan hal tersebut. Melalui coaching diharapkan Bu Lilin dapat memandang permasalahan dengan kaca mata yang lebih positif, menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, dan meningkatkan kualitas pembelajarannya di kelas.

 

 

Studi Kasus 2

Pak Pupur, guru yang dicintai para muridnya. Cara mengajarnya hebat, ramah, dan menyayangi murid layaknya anak sendiri.  Suatu ketika, Dinas Pendidikan daerah membuka lowongan pengawas sekolah. Kepala Sekolah merekomendasi Pak Pupur untuk mendaftar seleksi calon pengawas sekolah. Kepala sekolah memilih Pak Pupur untuk mengikuti seleksi karena selain berkualitas, dewan gurupun begitu antusias mendukung Pak Pupur  mengikuti seleksi calon pengawas sekolah. 

Secara portofolio, penghargaan kejuaraan perlombaan guru, karya alat peraga berbahan limbah yang Pak Pupur ikuti selalu bisa sampai mendapatkan penghargaan lomba tingkat nasional. Kecerdasannya pun juga luar biasa di mana nilai Uji Kompetensi Gurunya (UKG) bisa mencapai nilai 90, Namun, Pak Pupur justru merasa sedih direkomendasikan kepala sekolahnya mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.


Pertanyaan:
Bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Pupur?

Apabila Anda sebagai Kepala Sekolah, apa yang bisa Anda lakukan?

Jawaban:

Menurut Saya, Pak Pupur seharusnya dapat memenuhi harapan dari Kepala Sekolah, rekan guru, dan murid-murid yang mencintainya. Mereka semua mencintai dan tidak ingin ditinggalkan Pak Pupur. Namun di sisi lain, mereka juga ingin agar Pak Pupur dapat mencapai kesuksesan yang lebih dan mengembangkan karirnya sesuai dengan kemampuan luar biasa yang dimiliki.

Jika saya adalah kepala sekolah Pak Pupur, saya akan mengajaknya berdiskusi. Pak Pupur memiliki kemampuan yang tidak hanya dibutuhkan oleh murid-muridnya namun juga dibutuhkan di tingkatan yang lebih tinggi dan lingkup yang lebih luas. Dengan menjadi pengawas sekolah, Pak Pupur dapat menginspirasi dan mendampingi guru serta kepala sekolah di wilayah binaannya. Ia dapat berkontribusi tidak terbatas pada sekolahnya sendiri namun juga sekolah-sekolah lain di wilayah binaannya. Kepercayaan dan kesempatan yang diberikan merupakan sebuah tanggung jawab yang hendaknya dilaksanakan oleh seorang abdi negara. Sebagai kepala sekolah saya akan memotivasi Pak Pupur untuk terus maju dan mengikuti seleksi tersebut. Namun, saya juga tidak akan memaksa. Biarlah Pak Pupur yang akan mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Evaluasi Tema 1 Kelas 6 SD

MAKALAH HUBUNGAN ANTAR KETERAMPILAN BERBAHASA (MENYIMAK, BERBICARA, MEMBACA, DAN MENULIS)

Contoh Analisis Jurnal Internasional Kepemimpinan

KISI-KISI, SOAL, DAN KUNCI JAWABAN PENILAIAN AKHIR TAHUN (PAT) KELAS 6 KURIKULUM 2013 MUPEL PPKn, IPS, DAN SBdP

RPP KTSP Kelas 5 SD Materi Laporan Pengamatan