3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

Peran saya di sekolah sebagai seorang kepala sekolah mewajibkan saya untuk mentransfer pengetahuan yang saya miliki kepada rekan-rekan guru. Tidak hanya mentransfer namun saya juga harus memantau apakah pengetahuan tersebut diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, saya berencana untuk mentransfer pengetahuan yang saya peroleh di PGP melalui sosialisasi pada saat pembekalan awal tahun di sekolah saya. Yang saya sosialisasikan adalah materi tentang budaya positif (keyakinan kelas) dan materi pada modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi serta pembelajaran sosial emosional (PSE). Setelah itu, saya akan meminta para guru menerapkan penyusunan keyakinan kelas di kelas masing-masing dan membuat sebuah RPP yang memuat pembelajaran berdiferensiasi serta PSE. RPP tersebut akan dipraktikkan pada saat supervisi kelas. Dengan demikian materi tidak hanya tersampaikan namun juga terimplementasikan.

Dalam pengembilan keputusan, langkah awal yang harus saya lakukan adalah menentukan apakah masalah yang saya hadapi termasuk bujukan moral atau dilema etika. Bujukan moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah, sedangkan dilema etika terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Jika yang saya hadapi adalah bujukan moral, tentunya saya akan memilih keputusan yang secara moral benar. Namun, jika dihadapkan pada dilema etika saya akan mengikuti sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan seperti yang telah dipelajari dalam Pendidikan Guru Penggerak.

Langkah-langkah yang akan saya lakukan untuk mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yaitu: (1) menentukan nilai-nilai yang saling bertentangan, (2) menentukan siapa saja yang terlibat, (3) menentukan fakta-fakta yang relevan dengan situasi, (4) melakukan pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan/ idola), (5) menentukan paradigma dilema etika yang terjadi, (6) menentukan prinsip penyelesaian dilema etika, (7) menentukan penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah (investigasi opsi trilemma), (8) mengambil keputusan, serta (9) melihat kembali keputusan dan merefleksikan.

Yang dimaksud dengan paradigma dilema etika adalah adanya nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Secara umum terdapat empat paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yaitu: (1) individu lawan masyarakat (individual vs community), (2) rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), (3) kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan (4) jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).

Etika bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Kidder (2009) mengemukakan tiga prinsip yang paling sering dikenali dan digunakan, yaitu: (1) berpikir berbasis hasil akhir (ends-based thinking), (2) berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking), dan (3) berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking). Ketika mengambil keputusan, pada umumnya satu dari ketiga prinsip tersebut akan digunakan. Namun, tidak menutup kemungkinan terdapat dua atau bahkan tiga prinsip sekaligus menjadi dasar dari pengambilan sebuah keputusan.

Jika sembilan langkah di atas telah diterapkan dengan baik, saya yakin keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi. Ketika melihat kembali dan merefleksikan keputusan ada beberapa kriteria yang harus saya penuhi yaitu: (1) keputusan yang diambil harus sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal, (2) harus berpihak kepada murid, dan (3) harus dapat dipertanggungjawabkan.

Langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan akan saya lasanakan ketika dihadapkan pada situasi dilema etika, jadi sifatnya insidental. Dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, yang akan menjadi teman diskusi saya adalah guru dan komite sekolah. Tidak menutup kemungkinan saya juga akan meminta pendapat dari siswa atau wali murid.

Pengambilan keputusan diterapkan sesuai hasil keputusan. Bisa saja keputusan tersebut hanya berlaku untuk guru, untuk siswa, atau untuk wali murid. Bisa juga sebuah keputusan berlaku untuk seluruh warga sekolah. Sebuah keputusan mungkin berlaku sejak keputusan tersebut ditetapkan atau bisa juga mulai dari suatu waktu atau tanggal tertentu sesuai kesepakatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Evaluasi Tema 1 Kelas 6 SD

MAKALAH HUBUNGAN ANTAR KETERAMPILAN BERBAHASA (MENYIMAK, BERBICARA, MEMBACA, DAN MENULIS)

Contoh Analisis Jurnal Internasional Kepemimpinan

KISI-KISI, SOAL, DAN KUNCI JAWABAN PENILAIAN AKHIR TAHUN (PAT) KELAS 6 KURIKULUM 2013 MUPEL PPKn, IPS, DAN SBdP

RPP KTSP Kelas 5 SD Materi Laporan Pengamatan