Kiat Sukses bagi Para Pendidik untuk Berkomunikasi dengan Publik
Postingan saya kali ini merupakan rangkuman dari salah satu seri kuliah umum PembaTIK level 4 (https://simpatik.belajar.kemdikbud.go.id/). Materi ini disampaikan oleh Bang Charles Bonar Sirait pada Selasa, 15 September 2020 pukul 09.00-10.30. Beliau adalah seorang presenter televisi dan pendiri CBS School of Communication. Selain itu beliau juga penulis buku best seller yang berjudul The Power of Public Speaking. Untuk mengenal lebih dekat tentang beliau, sahabat bisa mengunjungi http://www.charlesbonarsirait.com/.
Menurut Bang Charles, tuntutan
terhadap kemampuan pendidik untuk berkomunikasi dengan publik atau public speaking semakin tinggi. Komunikasi
yang baik adalah awal dari kesuksesan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
menyampaikan ide-ide kita kepada publik adalah dengan cara menulis atau
mempublikasikan ide-ide itu. Selain mengirim artikel ke media massa, sosial
media juga sangat bisa dimanfaatkan. Public
speaking adalah salah satu bagian dari pohon besar ilmu komunikasi. Kemampuan
ini tidak serta merta dapat dikuasai, namun dapat dipelajari oleh siapa saja
yang membutuhkannya.
Hari ini para pendidik
sudah berhadapan dengan pasar yang begitu dinamis. Pelajar tidak hanya
tergantung pada gurunya di kelas, namun juga memiliki “guru lain”, seperti
Youtube, Instagram, dan sebagainya. Pelajar juga sangat terpengaruh dengan satuan
ukur yang diciptakan oleh kemajuan teknologi, seperti follower, interaction, engagement dan jumlah like. Pelajar menyukai trending topic, konten yang menarik dan
viral. Hal-hal seperti ini mungkin terasa bias. Namun, pelajar adalah konsumen
kita, sehingga kalau kita jauh dari mereka, akan sulit untuk menarik perhatian
mereka.
Kiat berkomunikasi
dengan publik sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu sangat berbeda dengan hari
ini. Dulu pelajar tidak melihat gurunya populer atau tidak. Namun, saat ini pelajar
lebih percaya pada guru yang populer atau memiliki image yang baik. Oleh karena itu, perlu ada balancing antara sosial media dengan kompetensi guru. Seorang guru
perlu populer, namun di saat yang sama kompetensi harus berimbang dengan
popularitasnya. Kalau tidak seimbang yang terjadi adalah adanya gap.
Komunikasi atau pesan
yang disampaikan akan lebih bermakna jika yang menyampaikan berpengaruh. Berpengaruh
berarti tidak hanya populer, namun juga kompeten. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk dapat berkomunikasi dengan publik dijelaskan oleh Bang
Charles sebagai berikut.
1.
Memahami
pola komunikasi sederhana
Dalam berkomunikasi
terdapat tiga komponen, yaitu pengirim pesan, pesan, dan penerima pesan. Guru
sering berperan sebagai pengirim pesan. Sebagai pengirim pesan, nama baik dan
reputasi harus dijaga. Jika penerima pesan tidak percaya dengan pembawa pesan, mereka
juga tidak akan percaya pesan yang dibawanya (Canfield).
Guru adalah pusat
perhatian publik sehingga harus sadar betul bahwa penampilan di depan publik
harus menarik. Guru harus bisa mengambil nilai-nilai dari seorang performer
atau entertainer. Selain konten yang menarik, guru harus punya skenario
pengajaran yang baik. Guru juga berperan sebagai seorang pemimpin. Memimpin
pada dasarnya adalah perkara mempengaruhi dan meyakinkan orang lain (Ludeman
& Erlandson).
2. Impactfull
Communication
Komunikasi berasal dari
bahasa latin, communicare yang
berarti “to share”. Impactfull communication adalah tindakan
menyampaikan makna yang dimaksudkan kepada entitas lain melalui penggunaan
tanda-tanda yang dipahami bersama dengan pendekatan dan perspektif yang
mempengaruhi, emosional, menggerakkan, mengesankan, dan menyentuh. Impactfull berarti memiliki kekuatan
untuk mempengaruhi rasa atau simpati. Suasana dinamis dan tidak membosankan
sangat penting untuk bisa berkomunikasi dengan publik. Guru harus bisa menjadi
inspirator. Dulu inspirasi biasanya diperoleh dari orang yang sudah tua, namun sekarang
tidak dipengaruhi oleh umur. Hari ini semua orang bisa mengajar.
3. Persuasive
Communication
Pendidik atau pembicara
mempunyai peluang untuk membentuk opini publik. Persuasive communication berkaitan erat dengan alam bawah sadar
manusia. Guru zaman sekarang sudah tidak bisa berjuang sendiri. Guru memerlukan
alat bantu atau alat peraga agar pesan yang disampaikan lebih mudah diterima.
4. Personal
Branding
Berbeda dengan zaman dahulu, pelajar sekarang mulai mempermasalahkan tentang dikenal atau tidaknya seorang pendidik. Personal branding berarti menunjukkan otentisitas atau keunikan diri sendiri. Para guru juga harus memiliki personal branding. Kira-kita 6 bulan, 1 tahun, atau 5 tahun ke depan ingin dikenal sebagai expert di bidang apa? Brand tersebut harus kuat. Hal ini bisa dibentuk melalui sosial media yang ada hari ini dan tentunya melalui peningkatan kompetensi guru.
Itulah pemaparan yang
disampaikan oleh Bang Charles Bonar Sirait. Bagaimana menurut Anda? Personal branding seperti apa yang ingin
Anda bangun?
Komentar
Posting Komentar