Contoh Essay Seleksi Tahap I Pendidikan Guru Penggerak

PETUNJUK

 

  • Isian esai akan melalui pemeriksaan plagiarsime otomatis, esai yang merupakan hasil plagiarisme tidak akan diterima oleh tim seleksi.
  • Jawablah semua pertanyaan yang ada.
  • Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama sebelum menjawabnya.
  • Periksa kembali jawaban Anda, setelah yakin dengan jawaban Anda, tekan tombol Simpan untuk mengirimkan jawaban Anda dan untuk masuk ke tahap berikutnya.
  • Peserta seleksi Calon Pendidikan Guru Penggerak dilarang menyebarkan soal-soal dan proses seleksi di setiap tahapan seleksi dalam bentuk apapun baik dalam bentuk rekaman, tangkapan layar, dll melalui media sosial (instagram, youtube, dll) maupun media lainnya. Kandidat akan segera didiskualifikasi apabila melanggar ketentuan ini

 

Jawablah pertanyaan-pertanyaan esai dengan berdasarkan pandangan dan pengalaman pribadi yang benar-benar pernah Anda alami. Dilarang menyalin sebagian atau keseluruhan dari tulisan/artikel/buku orang lain. Dilarang menggunakan kutipan tanpa menyertakan sumber dan kutipan langsung hanya diperkenankan maksimal 2 kalimat. Segala bentuk plagiarisme akan mempengaruhi penilaian seleksi yang akan dijalani

 

Apa yang memotivasi Anda menjadi guru penggerak?


1. Apa yang memotivasi Anda menjadi Guru Penggerak? Apa yang Anda lakukan dalam mewujudkan motivasi tersebut?

 

Kecintaan dan keinginan untuk bermanfaat bagi dunia pendidikan merupakan motivasi saya untuk menjadi guru penggerak. Saya sangat senang belajar dan mengembangkan diri. Namun pengetahuan, pengalaman, dan kompetensi yang saya peroleh akan sia-sia jika saya tidak membawa manfaat bagi sekitar. Semua itu tidak akan ada artinya jika tidak dibagikan dengan orang lain. Untuk mewujudkan motivasi menjadi guru penggerak, saya berusaha untuk menjadi guru yang profesional, memberikan yang terbaik bagi anak didik saya, tidak berhenti belajar, terus meningkatkan kompetensi, dan tidak lupa untuk berbagi serta memotivasi rekan guru yang lain.

 

2. Apa kelebihan yang mendukung peran Anda sebagai Guru Penggerak? Jelaskan alasannya dan berikan contohnya!

 

Kelebihan saya yang paling mendukung peran sebagai guru penggerak adalah saya bersedia untuk bekerja keras, mampu bekerja sama dengan baik, dapat menyampaikan apa yang ada dalam pikiran saya dengan jelas, serta mampu memotivasi orang lain. Beberapa hal tersebut menurut saya sangat penting. Alasannya, pertama, banyak orang yang pintar, namun tidak semuanya mau bekerja keras. Padahal faktanya, kerja keras merupakan faktor utama pendukung keberhasilan, yang tentunya harus dibarengi dengan kerja cerdas. Kedua, kolaborasi dan komunikasi adalah kemampuan yang harus dimiliki di abad ke-21. Abad ini adalah era di mana semuanya serba terbuka. Guru yang menutup diri dan sulit diajak bekerja sama akan mudah tertinggal oleh perkembangan yang ada. Guru seperti itu juga tidak akan dapat menyesuaikan dengan peserta didik milenial. Peserta didik sekarang lebih terinspirasi oleh guru yang eksis dan penuh kreativitas. Tentu saja hal tersebut juga harus dibarengi dengan kualitas dan profesionalitas dalam bekerja.

 

Contoh peran guru penggerak adalah peran aktif di Kelompok Kerja Guru (KKG). KKG akan efektif jika program yang ada tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan guru, jadi bukan sekedar formalitas. Untuk menyusun dan melaksanakan program dengan baik, kemampuan untuk berkomunikasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak sangat diperlukan. Organisasi apa pun akan berhasil jika para anggotanya memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu, kemampuan memotivasi orang lain juga sangat penting.

 

3. Berikan contoh perubahan, inovasi, pemberdayaan, gerakan, atau lainnya yang memberikan dampak nyata berdasarkan inisiatif Anda sendiri. Apa yang mendorong Anda melakukan hal tersebut? (Jawaban Anda harus mencakup waktu kejadian, dampak atas inisiatif Anda, upaya yang Anda lakukan agar inisiatif tersebut terlaksana, peran Anda dan pihak lain yang terlibat bila ada)

 

Pemberdayaan yang saya lakukan berdasarkan inisiatif saya sendiri misalnya:

 

Sosialisasi Pemanfaatan Rumah Belajar pada Masa Belajar dari Rumah

 

Sosialisasi yang berlangsung tanggal 15 Oktober 2020 ini atas inisiatif saya sendiri, sekaligus dalam rangka menjadi peserta PembaTIK Level Berbagi dari Pusdatin Kemdikbud. Rumah Belajar merupakan portal pembelajaran yang disediakan oleh pemerintah, namun masih banyak guru yang belum mengenal portal ini. Hal tersebut mendorong saya untuk melakukan sosialisasi Rumah Belajar di Kabupaten Sragen.

 

Langkah pertama yang saya lakukan adalah menghadap kepada Kepala Kabid Pembinaan SD dan Kasi Kurikulum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen untuk meminta izin sosialisasi dan memohon agar Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen bersedia membuka acara dan memberikan pengarahan. Saya juga meminta bantuan Duta Rumah Belajar (DRB) Jawa Tengah tahun 2018, Bapak Fakhrudin Sujarwo agar bersedia menjadi salah satu narasumber. Selanjutnya saya berkoordinasi dengan ahli IT dinas pendidikan untuk mempersiapkan zoom meeting dan rekan sejawat yang akan bertindak sebagai moderator. Peran saya adalah sebagai pembicara bersama dengan DRB Jateng agar para guru dapat memanfaatkan Rumah Belajar dalam pembelajaran di masa pandemi. Dampaknya para guru sangat antusias untuk menggunakan fitur-fitur yang ada di Rumah Belajar.

 

Lebih lengkap tentang kegiatan ini dapat diakses di https://lindanurmasari.blogspot.com/2020/10/sosialisasi-portal-rumah-belajar-di.html

 

Workshop Kreasi Konten Rumah Belajar dengan Articulate Storyline 3

Workshop yang berlangsung tanggal 16 Oktober 2020 ini merupakan salah satu inisiatif saya. Sebagai anggota IGI Kabupaten Sragen, saya ingin memberikan sedikit sumbangsih agar IGI lebih aktif mengadakan workshop yang dibutuhkan guru di masa pandemi. Oleh karena itu, saya berkoordinasi dengan Ketua IGI Kabupaten Sragen, Ibu Rohmawati dan pengurus IGI untuk mengadakan workshop. Tidak lupa juga saya mengundang DRB Jateng, Bapak Fakhrudin Sujarwo untuk menjadi salah satu pembicara. Peran saya selain sebagai koordinator juga sebagai pembicara yang mengajak peserta langsung praktik menggunakan aplikasi Articulate Storyline 3. Dampaknya peserta antusias untuk mencoba berkreasi membuat multimedia pembelajaran dengan aplikasi ini.

 

Lebih lengkap tentang kegiatan ini dapat diakses di https://lindanurmasari.blogspot.com/2020/10/webinar-rumah-belajar-bersama-igi.html

 

Pelatihan Pemanfaatan Portal Rumah Belajar dan Pembuatan Video Pembelajaran

Banyaknya guru yang belum mengenal Rumah Belajar menjadi pendorong bagi saya untuk mengadakan pelatihan pemanfaatan Portal Rumah Belajar. Di masa pandemi ini, video pembelajaran juga menjadi media yang sangat efektif untuk menyampaikan materi pembelajaran. Video yang pembelajaran yang dibuat sendiri oleh guru tentunya akan sangat menarik perhatian peserta didik. Oleh karena itu, saya merasa workshop pembuatan video pembelajaran akan sangat bermanfaat, baik bagi guru maupun peserta didik. Selain itu saya ingin agar para guru di kecamatan saya termotivasi untuk terus belajar dan berkarya.

 

Agar pelatihan ini dapat terlaksana, saya berkoordinasi dengan berbagai pihak, antara lain KKG Gugus Ontoseno Kecamatan Masaran, KKKS Kecamatan Masaran, Korwilcam Bidang Pendidikan Kecamatan Masaran, serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen. Selain sebagai koordinator, saya juga menjadi fasilitator inti. Kegiatan yang berlangsung tanggal 19 s.d 22 Oktober 2020 ini dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen dan diikuti oleh 58 peserta. Dampak dari kegiatan ini, para guru mampu memanfaatkan portal Rumah Belajar di masa pandemi dan membuat video pembelajaran yang menarik untuk peserta didik.

 

Lebih lengkap tentang kegiatan ini dapat diakses di https://lindanurmasari.blogspot.com/2020/10/pelatihan-pemanfaatan-portal-rumah.html

 

 

 

Berinteraksi dengan orang lain terkadang dapat menjadi sebuah tantangan. Ceritakan kesulitan yang Anda alami saat bekerja sama dengan pihak lain (misalnya rekan sejawat, pimpinan di sekolah, orangtua, wali murid, keluarga, komunitas, perangkat desa, tokoh masyarakat, pemuka agama, instansi, maupun lainnya) guna menimbulkan kesadaran dan kesediaan agar mereka berkomitmen membantu Anda mencapai tujuan bersama.


1.  Kapan waktu kejadiannya? Situasi apa yang Anda hadapi saat itu? Pihak mana saja yang Anda minta untuk bekerja sama dan mengapa? Gambarkan secara jelas!

 

Tahun 2019, sekolah kami ditunjuk sebagai Sekolah Model Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Pada waktu itu kepala sekolah kami memiliki banyak tugas lain sehingga saya diberikan tanggung jawab untuk merencanakan dan menjalankan rangkaian kegiatan SPMI Sekmod. Pihak yang kami ajak bekerja sama adalah dewan guru, Korwilcam Bidang Pendidikan Kecamatan Masaran, komite sekolah, serta kepala sekolah dan petugas IT dari 5 sekolah imbas. Untuk dapat mencapai tujuan bersama dibentuklah tim penjamin mutu internal sekolah. Peran saya adalah sebahai bendahara. Namun, saya juga harus bertindak sebagai koordinator agar SPMI dapat berjalan dengan lancar. Rangkaian kegiatan SPMI Sekmod meliputi:

  • Sosialisasi Program SPMI Sekmod
  • Rapat Kerja Penyusunan Rencana Peningkatan Mutu Sekolah
  • Pelaksanaan Peningkatan Mutu Sekolah
  • Rapat Kerja Peningkatan Mutu Sekolah
  • Pendampingan Sekolah Imbas
  • Penyusunan Laporan dan Hasil Implementasi SPMI

Lebih lengkap tentang kegiatan ini dapat disaksikan melalui https://youtu.be/YhNzyaLdG24

 

2. Kesulitan apa saja yang Anda hadapi saat bekerja sama? Adakah penolakan ataupun kegagalan yang Anda hadapi dalam situasi tersebut? Bagaimana respon Anda dalam situasi tersebut? Upaya apa yang Anda lakukan untuk tetap fokus mencapai tujuan yang telah direncanakan?

 

Kesulitan yang saya hadapi adalah menyampaikan kepada dewan guru tentang pentingnya kerja sama dalam menyelesaikan rangkaian kegiatan SPMI Sekmod. Butuh waktu untuk menjelaskan program baru ini agar semua guru turut merasa bertanggung jawab. Karena program ini adalah program yang sudah ditetapkan dari pemerintah, dengan juknis yang jelas, tidak ada penolakan dari sekolah imbas dan pihak lain yang terkait. Kami hanya harus berkomunikasi dengan baik agar semua pihak paham pentingnya program ini, apa peran mereka, dan apa saja yang harus dilaksanakan agar program ini benar-benar membawa kemajuan bagi sekolah masing-masing.

 

Upaya yang saya lakukan agar tetap fokus mencapai tujuan adalah membuat perencanaan yang baik. Salah satu komponen penting dari perencanaan yang dibuat adalah jadwal kegiatan. Jadwal yang ada harus dipatuhi dengan baik agar dapat selesai tepat waktu. Komponen penting lainnya adalah anggaran yang harus digunakan sesuai dengan pedoman agar tidak mengalami kesulitan saat menyusun laporan.

 

3. Upaya apa saja yang Anda lakukan untuk mendapatkan komitmen dari berbagai pihak untuk bekerja sama?

 

Upaya yang saya lakukan untuk mendapatkan komitmen dari berbagai pihak antara lain:

  • Saya menyampaikan bahwa program SPMI adalah program yang harus dilaksanakan oleh semua sekolah. Program ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Saya juga menjelaskan secara detail bagaimana cara melihat rapor mutu, menganalisis apa yang perlu ditingkatkan oleh sekolah, membuat perencanaan peningkatan mutu, melaksanakan peningkatan mutu, melaksanakan evaluasi, dan tindak lanjut. Dengan informasi yang jelas, tidak sulit untuk mendapatkan komitmen dari berbagai pihak.
  • Saya berupaya meyakinkan berbagai pihak bahwa SPMI ini adalah program yang menjadi tanggung jawab bersama. Bukan hanya sekolah model, pihak lain yang terlibat seperti Korwilcam, sekolah imbas, dan komite sekolah memiliki peran yang sama pentingnya. Tanpa dukungan berbagai pihak maka program ini tidak akan membawa manfaat seperti yang diharapkan.
  • Masing-masing tahap SPMI dilaksanakan dengan saling menghargai. Tidak ada pihak yang hanya memberi atau hanya menerima. Sekolah model setara dengan sekolah imbas, dalam artian kami saling berbagi, berdiskusi untuk memecahkan masalah bersama.
  • Sebagai sekolah model, kami merencanakan program dan benar-benar melaksanakan apa yang direncanakan tersebut. Ketika kami memberikan contoh yang baik sesuai dengan pedoman, serta tidak sekedar berbicara namun juga benar-benar melaksanakan, dengan sendirinya sekolah imbas pun melaksanakan sesuai dengan komitmen bersama.

 

4.   Bagaimana hasilnya?

Hasil dari upaya tersebut, semua pihak merasa memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan program SPMI. Kami bergerak bersama, belajar bersama, dan saling mendukung untuk peningkatan mutu pendidikan. Sekolah imbas mengikuti kegiatan sampai selesai dan mengerjakan semua tugas yang diberikan serta berkomitmen untuk melanjutkan program SPMI di sekolah masing-masing. Meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi, namun kami merasa lebih yakin dan lebih siap untuk menghadapi tantangan tersebut.

 

Permasalahan, tantangan, situasi yang kompleks adalah kondisi umum yang ditemui dalam menjalankan pekerjaan. Berikan contoh pengalaman Anda dalam menghadapi situasi yang paling menantang, kompleks atau sulit saat menjalankan tugas Anda.

 

1. Kapan waktu kejadiannya? Permasalahan, tantangan, atau kompleksitas apa yang Anda hadapi saat itu? Gambarkan secara jelas!

 

Dalam berbagai perlombaan, seringkali SD negeri kalah dengan SD swasta. Banyak faktor yang melatarbelakangi hal ini, misalnya faktor pembiayaan, faktor SDM (guru-guru di sekolah swasta pada umumnya masih muda dan termotivasi untuk meraih prestasi bagi sekolahnya), faktor tuntutan dari wali murid, dan sebagainya. Banyak wali murid yang tertarik menyekolahkan anaknya di sekolah swasta sehingga sekolah swasta terus menambah jumlah kelas. Sekolah kami pun harus siap untuk bersaing dengan sekolah-sekolah swasta tersebut. Tahun 2018 saya merasa hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi.

 

2. Upaya apa saja yang Anda lakukan untuk memahami situasi tersebut secara komprehensif? Peluang dan kesempatan apa saja yang Anda identifikasi dalam situasi tersebut untuk membantu Anda menghadapinya?

 

Upaya yang saya lakukan untuk memahami situasi tersebut adalah dengan melakukan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Kekuatan (Strengths) dari SD saya adalah jumlah murid yang cukup banyak dibandingkan SD negeri yang lain. Kekuatan lainnya, SD kami sudah unggul dalam bidang olahraga voli dan sering mendapatkan kejuaraan di tingkat kabupaten bahkan provinsi. Kelemahan (Weaknesses) dari SD saya, anak-anak yang berbakat dalam bidang akademik belum memperoleh bimbingan sebagaimana seharusnya. Anak-anak hanya dibiarkan berkembang sebagaimana adanya. Padahal anak-anak yang memiliki potensi lebih seharusnya juga mendapatkan bimbingan khusus. Peluang (Opportunities) yang dimiliki SD saya, dengan adanya jumlah murid yang cukup banyak, tentunya tidak sulit untuk mendapatkan anak-anak yang berpotensi. Peluang ini harus dimanfaatkan dengan baik, yaitu dengan memberikan bimbingan khusus agar SD kami dapat bersaing dengan sekolah-sekolah swasta yang terus melebarkan sayapnya. Ancaman (Threats) yang ada, yaitu sulit untuk mendapatkan guru yang mau memberikan bimbingan secara khusus bagi anak-anak yang berpotensi ini.

 

3.   Pertimbangan-pertimbangan atau alternatif apa saja yang Anda hadirkan dalam membuat keputusan? Informasi apa lagi yang Anda gunakan untuk memperkuat keputusan Anda?

 

Dalam membuat keputusan banyak hal yang harus saya pertimbangkan. Pertama adalah apakah kepala sekolah dan komite akan memberikan dukungan. Jika iya apakah dukungan tersebut hanya dalam bentuk lisan, atau ada kebijakan langsung, atau bisa sampai pembiayaan. Yang kedua apakah rekan guru yang lain dapat diajak bekerja sama. Jika iya dalam bentuk apa, apakah mereka juga bersedia untuk melatih dan membimbing anak-anak. Yang ketiga, apakah wali murid akan memberikan dukungan terhadap program ini. Apakah akan ada yang menentang karena justru anak-anak berbakat yang mendapat perhatian. Bagaimana dengan anak-anak yang lambat, mengapa belum ada bimbingan khusus.

 

Setelah berkomunikasi dengan kepala sekolah dan rekan guru yang lain, ternyata mereka sangat mendukung. Namun sayangnya, dukungan ini baru sebatas dukungan secara lisan. Kepala sekolah belum memberikan kebijakan atau pun perintah terkait hal ini. Rekan-rekan guru yang lain juga belum ada yang bersedia membimbing anak-anak secara khusus. Saya sadar untuk menggerakkan motivasi orang lain, tidak cukup hanya bicara, namun harus menunjukkan dengan tindakan. Akhirnya saya berinisiatif untuk melatih anak-anak seminggu sekali. Namun, karena keterbatasan dari saya yang harus bekerja sendiri, maka saya hanya fokus membimbing anak-anak pada satu jenis bimbingan. Saya mempersiapkan anak-anak tersebut untuk lomba KSN (Kompetensi Sains Nasional). Target saya tidak terlalu muluk, namun saya yakin bisa mencapainya yaitu untuk masuk 3 besar KSN tingkat kecamatan, baik dalam bidang IPA maupun matematika.

 

4.   Tindakan apa yang kemudian Anda ambil dan bagaimana hasilnya?

 

Pertama saya menghubungi wali kelas 3, 4, dan 5 untuk meminta daftar anak yang paling berpotensi di kelasnya. Kemudian saya menghubungi orang tua peserta didik satu persatu melalui whatsapp dan menanyakan apakah mereka mengizinkan jika anak-anak tersebut saya latih seminggu sekali di luar jam pelajaran. Ternyata orang tua sangat senang dan mendukung. Selanjutnya saya membentuk grup whatsapp dan seringkali membagikan materi di grup tersebut serta memberikan motivasi bagi anak-anak.

 

Pertemuan yang hanya seminggu sekali saya manfaatkan sebaik-baiknya. Saya memberikan penjelasan dengan memanfaatkan teknologi serta memberikan latihan soal-soal olimpiade IPA dan matematika. Saya juga membiasakan anak-anak dengan meranking nilai mereka di setiap pertemuan sehingga kelak mereka siap untuk berkompetisi. Hasilnya tidak dapat instan, pada tahun pertama karena baru latihan sebentar, hanya 1 anak yang berhasil meraih juara 3 KSN matematika kecamatan. Namun, pada tahun berikutnya kami dapat meraih juara 1 KSN IPA dan juara 1 KSN matematika tingkat kecamatan. Meskipun belum berhasil masuk 3 besar kabupaten, namun bagi saya pencapaian tersebut sudah membuktikan bahwa kami tidak kalah dengan sekolah-sekolah swasta yang mahal.

 

Perkembangan menuntut kita untuk terus belajar hal-hal baru. Ceritakan pengalaman Anda saat mendapatkan masukan atau umpan balik terkait kemampuan Anda.


1. Kapan waktu kejadiannya? Masukan atau umpan balik apa yang secara spesifik Anda dapatkan? Apa yang Anda rasakan saat menerima masukan atau umpan balik tersebut?

 

Tahun 2010, ketika saya masih wiyata bhakti, saya juga membuka les di rumah bersama seorang teman. Di sekolah, saya mengajar di kelas 2, sedangkan ketika les, murid saya kelas 6. Ketika murid les saya sudah mendekati ujian, saya meminta mereka memberikan masukan terhadap cara saya mengajar, baik kelebihan maupun kekurangannya. Saya meminta mereka menuliskannya di kertas, tanpa diberi nama sehingga mereka tidak perlu sungkan atau pun malu. Mereka menulis dengan gaya masing-masing. Saya senang membaca tulisan-tulisan tersebut, baik berisi kelebihan maupun kekurangan. Namun, tujuan saya memang ingin mengetahui kekurangan saya. Dua dari delapan murid saya menulis bahwa meskipun saya mengajar dengan cara menyenangkan, namun ketika menjelaskan materi, masih kurang jelas sehingga mereka belum paham. Setelah saya renungkan kembali, saya merasa apa yang mereka tulis itu memang benar. Saya juga sadar bahwa waktu itu saya belum terlalu menguasai materi dan kurang persiapan mengajar sehingga apa yang saya sampaikan belum komprehensif, tentu saja hal itu akan sulit dipahami oleh siswa.

 

2. Bagaimana cara Anda menyikapi masukan dan umpan balik tersebut untuk pengembangan diri Anda?

 

Bagi saya masukan tersebut sangat bermanfaat. Apalagi saya adalah guru baru yang belum banyak pengalaman. Masukan langsung dari murid saya adalah yang paling berharga, bahkan mungkin lebih dari masukan guru yang lain. Hal ini karena siswalah yang merasakan langsung pembelajaran, sehingga perasaan, pendapat, dan masukan dari mereka harus benar-benar diperhatikan. Setelah mendapatkan masukan tersebut saya mulai belajar untuk menguasai materi pelajaran dan mengembangkan kompetensi profesional saya.

 

Tidak hanya masukan dari siswa, saya juga sangat memperhatikan masukan dai rekan guru yang lain. Saya menyadari tanpa masukan dari orang lain, saya akan sulit untuk berkembang. Bahkan guru yang sudah berpengalaman mengajar puluhan tahun pun tidak akan pernah mencapai kesempurnaan dalam mengajar. Selalu ada kekurangan dan selalu ada yang dapat ditingkatkan. Saya seringkali bertanya pada rekan guru yang lain, terutama hal-hal yang berkaitan dengan kompetensi pedagogis. Menurut saya, guru-guru yang senior memiliki kelebihan dalam kompetensi ini dan saya harus banyak belajar dari mereka.

 

3. Selain memanfaatkan masukan dan umpan balik dalam proses pengembangan diri Anda, Hal berbeda apa yang Anda lakukan untuk mendukung proses pengembangan diri Anda? Adakah cara-cara di luar kebiasaan yang Anda lakukan dimana hal tersebut membuat Anda kurang nyaman namun mendukung proses pembelajaran Anda?

 

Selain memanfaatkan masukan dan umpan balik, saya mengembangkan diri dengan cara terus belajar. Saya sadar bahwa orang-orang yang berhenti belajar hanya akan menjadi pemilik masa lalu, sedangkan orang-orang yang terus belajar akan menjadi pemilik masa depan. Banyak cara yang saya lakukan untuk belajar. Pertama, saya terus meningkatkan jenjang pendidikan. Saat ini saya pun masih belajar di jenjang S3. Kedua, saya mengikuti berbagai pelatihan. Pemerintah menyediakan banyak sekali pelatihan gratis yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogis. Sayang sekali jika saya tidak mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut. Apalagi sekarang banyak pelatihan secara daring sehingga tidak mengganggu pekerjaan sehari-hari. Ketiga, saya juga belajar secara otodidak, misalnya saya belajar cara membuat video pembelajaran, membuat multimedia pembelajaran, dan sebagainya dari youtube.

 

Ada cara berbeda di luar kebiasaan yang saya lakukan, yaitu saya mengikuti PembaTIK dari level 1 sampai level 4 di tahun 2020. Saya tahu di level 4 tugas-tugas yang diberikan tidaklah mudah. Hal ini karena peserta level 4 adalah peserta yang diambil 30 besar di tiap provinsi dari ribuan peserta yang mengikuti PembaTIK. Peserta di level 4 juga berusaha menjadi yang terbaik agar bisa menjadi Duta Rumah Belajar. Saya menyadari bahwa peluang untuk menjadi Duta Rumah Belajar sangat kecil, namun saya tetap berupaya melakukan yang terbaik. Saya juga mengemban misi untuk memperkenalkan Rumah Belajar di Kabupaten Sragen. Meski berat dan saya juga tidak bisa masuk 5 besar, namun saya banyak sekali belajar dari proses yang saya lalui ini. Proses ini membuka mata saya bahwa belajar itu penting, namun apa yang dipelajari akan sia-sia jika tidak dimanfaatkan dan tidak diajarkan kepada orang lain.

 

4.  Bagaimana aplikasi hasil proses pembelajaran yang Anda sebutkan di dalam pekerjaan Anda?

 

Setelah mengikuti PembaTIK, saya mengaplikasikan apa yang saya peroleh dalam pekerjaan. Pertama, saya menggunakan fitur-fitur Rumah Belajar dalam pembelajaran sehari-hari. Kedua, saya menjadi lebih menguasai aplikasi untuk membuat video pembelajaran dan multimedia yang saya manfaatkan ketika mengajar. Ketiga saya lebih aktif sebagai blogger, dengan cara membagikan karya-karya atau pengetahuan yang saya miliki kepada orang lain, terutama kepada sesama guru. Keempat, saya juga lebih aktif mengisi youtube saya dengan berbagai konten. Kelima, saya seringkali membagikan apa yang saya ketahui dengan rekan-rekan guru yang lain. Ternyata rekan-rekan guru yang lain sangat senang dan termotivasi untuk terus meningkatkan kompetensi.

 

Hal terpenting setelah mengikuti PembaTIK adalah munculnya kesadaran untuk saling berbagi. Ketika para guru saling berbagi, saling mendukung, saling sharing terkait masalah-masalah dalam pembelajaran sehari-hari, saat itulah motivasi untuk memberikan yang terbaik semakin kuat. Saya yakin guru yang termotivasi adalah katalis utama peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

 

 

 

Ceritakan pengalaman Anda melakukan pengembangan terhadap orang lain (contohnya dengan guru, rekan sejawat lainnya, komunitas, tokoh masyarakat, maupun lainnya), misalnya dalam kegiatan perlombaan, riset ilmiah, mempersiapkan orang lain pada tugas dan tanggung jawab baru, atau lainnya.

 

1. Kapan waktu kejadiannya? Siapa yang Anda kembangkan? Apa yang memotivasi Anda melakukan pengembangan tersebut?

 

Tahun 2020, saya menjadi narasumber workshop pemanfaatan Rumah Belajar dan pembuatan video pembelajaran. Peserta dari kegiatan ini 58 guru di Gugus Ontoseno, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Yang memotivasi saya mengadakan worksop dengan tema ini adalah adanya pandemi covid-19 memaksa guru untuk mengajar secara daring. Guru memerlukan platform dan media yang tepat untuk menyampaikan materi. Portal Rumah Belajar adalah salah satu platform yang disediakan oleh pemerintah dengan fitur-fitur yang sangat lengkap, namun banyak guru yang belum tahu cara memanfaatkan Rumah Belajar untuk pembelajaran sehari-hari.

 

Video pembelajaran juga efektif untuk menyampaikan materi selama pembelajaran daring. Sayangnya tidak semua guru dapat membuat video pembelajaran yang baik. Padahal selain bermanfaat bagi siswa, video yang dibuat sendiri oleh guru kemudian diunggah di media sosial atau channel Youtube dapat meningkatkan personal branding guru. Bahkan video pembelajaran yang dipublikasikan di channel tertentu, misalnya di Portal Rumah Belajar, akan dihitung sebagai karya inovatif yang dapat menambah poin angka kredit untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan.

 

2. Hal apa yang menjadi fokus pengembangan? Ceritakan pula cara Anda membangun kesepakatan guna mencapai hasil pengembangan yang diharapkan.

 

Yang menjadi fokus pengembangan adalah guru mampu memanfaatkan portal rumah belajar dan membuat video pembelajaran, mulai dari merancang, memproduksi, mengemas, serta mempublikasikannya. Ada beberapa cara yang saya lakukan untuk membangun kesepakatan. Yang pertama dengan menjelaskan tujuan pelatihan dan kompetensi apa yang harus dikuasai oleh peserta. Yang kedua, saya membuat kontrak belajar bersama dengan peserta. Mereka saya mintai pendapat tentang kontrak belajar tersebut. Kontrak belajar adalah hasil dari kesepakatan bersama. Ketiga, saya bersama peserta menetapkan target atau output yang harus dicapai oleh peserta. Target pelatihan ini yaitu masing-masing peserta harus dapat membuat satu video pembelajaran dan mengunggah di kanal youtube masing-masing. Keempat, saya memberikan reward pada peserta dengan kategori tertentu. Saya memberikan reward pada peserta yang paling rajin, peserta paling aktif, dan peserta dengan usia paling tua. Saya juga memberikan reward bagi yang nilai kuisnya tertinggi. Kuis tersebut saya buat dengan Kahoot dan berisi pertanyaan-pertanyaan tentang Rumah Belajar.

 

3. Dukungan apa saja yang Anda berikan bagi orang tersebut? Hambatan apa yang Anda temui dan bagaimana cara Anda mengatasinya? Upaya-upaya apa saja yang Anda lakukan untuk mempertahankan motivasi orang tersebut?

 

Saya memberikan dukungan pada peserta dengan memberikan materi yang lengkap, memberikan contoh-contoh video pembelajaran, mendemonstrasikan proses pembuatan video pembelajaran (mulai dari membuat rancangan, proses produksi, editing, serta publikasi), melakukan tanya jawab, dan membimbing praktik secara langsung. Saya juga mengunggah berbagai aplikasi yang diperlukan untuk membuat video pembelajaran, misalnya Camtasia dan Filmora di Google Drive. Peserta dapat mengunduh aplikasi tersebut dengan mudah. Selain itu, saya juga menjelaskan situs-situs penting untuk mengunduh berbagai gambar, video, dan efek suara yang bebas copyright. Mengetahui tentang copyright sangat penting agar peserta memahami pentingnya menghargai karya orang lain. Hal ini juga penting agar video yang mereka buat dan unggah di youtube tidak mengalami pemblokiran.

 

Hambatan yang saya temui, yaitu adanya peserta yang sudah berusia lanjut dan belum bisa menggunakan laptop. Upaya yang saya lakukan adalah dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 3 sampai 4 peserta. Peserta yang belum bisa menggunakan laptop tadi dapat bertanya atau meminta bantuan pada teman kelompoknya. Dengan dibentuk kelompok, peserta yang belajar dengan cepat juga dapat membantu peserta yang kecepatan belajarnya kurang. Anggota kelompok saling memotivasi dan saling membantu sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Dengan berbagi peran seperti ini, tugas fasilitator pun menjadi lebih ringan. Saya berkeliling dan rata-rata kelompok yang ada dapat bekerja dengan baik. Hanya beberapa kelompok yang membutuhkan bantuan dari fasilitator.

 

4.   Bagaimana hasilnya?

Hasil dari pengembangan dan upaya yang saya lakukan, peserta termotivasi dari awal hingga akhir pelatihan. Meskipun banyak peserta yang lebih senior dari saya, namun mereka mengikuti dengan sungguh-sungguh. Target pembuatan video pembelajaran memang tidak dapat tercapai 100%, karena ada beberapa peserta yang tidak dapat menyelesaikan tepat waktu, namun peserta menyampaikan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat dan mereka ingin belajar lebih lanjut. Peserta juga antusias untuk menggunakan Rumah Belajar dalam pembelajaran sehari-hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Evaluasi Tema 1 Kelas 6 SD

MAKALAH HUBUNGAN ANTAR KETERAMPILAN BERBAHASA (MENYIMAK, BERBICARA, MEMBACA, DAN MENULIS)

Contoh Analisis Jurnal Internasional Kepemimpinan

KISI-KISI, SOAL, DAN KUNCI JAWABAN PENILAIAN AKHIR TAHUN (PAT) KELAS 6 KURIKULUM 2013 MUPEL PPKn, IPS, DAN SBdP

RPP KTSP Kelas 5 SD Materi Laporan Pengamatan